Jumat 28 Oct 2022 22:59 WIB

Tanda Seorang Pemimpin Dicintai Allah SWT, Belajar dari Kisah Umar bin Khattab 

Umar bin Khattab adalah khalifah yang terkenal tegas dan visioner

(ilustrasi) Khalifah Umar bin Khattab.
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) Khalifah Umar bin Khattab.

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Apa tandanya Allah SWT sayang pada seorang pemimpin? Apakah dengan memperpanjang masa jabatannya? Atau menambah daftar kekayaannya? Atau dimenangkan ia dari lawan-lawan politiknya?

Kisah berikut mungkin bisa menjadi salah satu barometer bukti sayangnya Allah pada seorang pemimpin.   

Baca Juga

Imam al-‘Utbiy meriwayatkan dari Imam Malik, suatu kali Umar bin Khattab pergi ke daerah Khaibar. Karena lelah dia tidur (qailulah) di bawah sebuah pohon. Tiba-tiba ada seorang wanita yang mendekat ke arahnya. Wanita itu menyentuh kakinya untuk membangunkannya.

Umar terbangun. Dia lalu bertanya pada wanita itu, “Apa keperluanmu?”. 

Wanita yang tidak mengenal kalau sosok yang di depannya ini adalah seorang khalifah berkata, “Aku ingin minta tolong. Firasatku mengatakan engkau orang baik-baik. Karena itu aku mendekatimu.” 

“Apa yang bisa aku bantu?” tanya Umar. 

“Tahun lalu, Amirul Mukminin Umar bin Khattab mengutus Muhammad bin Maslamah untuk memungut zakat ke negeri kami. Zakat itu diambil dari harta orang-orang kaya di negeri kami lalu dibagi-bagikan untuk orang-orang miskin di negeri kami juga. Tapi aku tidak mendapat bagian apa-apa. Padahal aku seorang ibu yang memiliki anak-anak yang yatim. Aku dengar, Umar bin Khattab akan kembali mengutus Muhammad bin Maslamah untuk memungut zakat lagi. Maka, aku ingin engkau pergi bersamaku untuk menghadap Muhammad bin Maslamah dan tolong engkau pesankan padanya untuk jangan sampai melupakan bagianku.” 

Setelah mendengar dengan seksama pengaduan wanita itu, Umar berkata pada pembantunya, “Wahai Yarfa`, tolong panggilkan Muhammad bin Maslamah!” 

Mendengar hal itu wanita tadi berkata, “Bukan ini yang aku maksudkan. Yang aku maksudkan adalah engkau pergi bersamaku menghadapnya.”  Umar berkata, “ Kalau dia tidak datang, kita yang akan datang padanya.” 

Ketika Yarfa` sampai ke tempat Muhammad bin Maslamah, dia berkata, “Amirul Mukminin memanggilmu.” 

Muhammad bin Maslamah bertanya, “Untuk keperluan apa?” 

Yarfa` menjawab, “Saya tidak tahu. Hanya saja saya melihat ada seorang wanita bersamanya.” 

Ketika Muhammad bin Maslamah sampai di kemah Umar, dia berkata, “Assalamualaikum wahai Amirul Mukminin.” 

Mendengar salam itu wanita tadi merasa sangat malu. Dia segera memperbaiki sikap dan posisi duduknya. 

Umar berkata pada Muhammad bin Maslamah, “Tahukah engkau bagaimana kita dulu sebelum Islam?” 

Muhammad bin Maslamah segera menyela, “Jangan buru-buru wahai Amirul Mukminin. Saya akan jelaskan semuanya.” 

Umar melanjutkan, “Saat itu kita sedikit, sementara seluruh Arab menjadi musuh kita.” 

Muhammad bin Maslamah berkata lagi, “Wahai Amirul Mukminin, jangan buru-buru menilai.” 

Umar tetap melanjutkan, “Aku utus engkau tahun lalu untuk mengumpulkan zakat. Aku pesankan padamu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya diantara mereka dan dibagikan untuk orang-orang miskin di kalangan mereka. Tapi mengapa engkau abaikan wanita ini?” 

Muhammad bin Maslamah berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku tak pernah dengan sengaja mengabaikannya. Boleh jadi aku khilaf atau dia yang tidak datang pada kami.” 

Umar berkata, “Kalau aku kembali mengutusmu tahun ini, beri wanita ini jatah tahun ini dan jatah tahun lalu.” 

Lalu Umar menoleh pada wanita itu dan berkata, “Datanglah ke Khaibar, aku akan berikan untukmu sesuatu yang mencukupimu.”   

Kisah ini tidak hanya membuktikan kesederhanaan seorang Khalifah Umar bin Khattab, good looking-nya seorang pemimpin sehingga dari sekian banyak orang, dia yang dituju oleh wanita itu untuk membantunya. 

Kisah ini juga membuktikan bagaimana sayangnya Allah SWT pada Umar. Di saat dia tidur pun datang padanya pengaduan masyarakat tentang haknya dari harta zakat.  

Andaikan wanita ini tidak datang pada Umar dan haknya tidak dia peroleh, boleh jadi dia akan mendoakan keburukan untuk Umar meskipun Umar tentu tidak mengetahui secara detail kondisi seluruh rakyat yang dipimpinnya.  

Boleh jadi juga, hal ini akan menjadi beban berat bagi Umar di hari akhirat kelak ketika ada seorang janda beranak luput dari distribusi zakat, meskipun yang bertanggungjawab langsung tentang hal itu adalah bawahannya yaitu Muhammad bin Maslamah. 

Begitulah, kalau Allah SWT sudah sayang, berbagai jalan agar seorang hamba bisa selamat di akhirat akan dibukakan. Sebaliknya, kalau Allah SWT sudah murka, berbagai pintu kerusakan dan kebinasaan akan dibiarkan terbuka.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement