Jumat 04 Nov 2022 15:26 WIB

Keamanan Pangan Jadi Isu Utama Pertemuan Wapres dan DinarStandard UEA

Wapres menekankan pentingnya pengembangan ekonomi syariah

Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Maruf Amin bertemu dengan Peneliti Senior dari DinarStandard, Mohamed Ali Mechraoui di Hotel Raffles Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (3/11/2022) membicarakan ekonomi syariah dan halal.
Foto: Republika/Fuji E Permana
Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Maruf Amin bertemu dengan Peneliti Senior dari DinarStandard, Mohamed Ali Mechraoui di Hotel Raffles Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (3/11/2022) membicarakan ekonomi syariah dan halal.

Oleh Fuji E Permana, wartawan Republika.co.id dari Dubai, Uni Emirat Arab

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Ma'ruf Amin bertemu dengan peneliti senior dari DinarStandard, Mohamed Ali Mechraoui di Hotel Raffles Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (3/11/2022). 

Baca Juga

Dalam pertemuan itu, Mechraoui menyampaikan pentingnya bagi negara-negara Muslim bekerjasama membangun dan menciptakan keamanan pangan. 

Mechraoui, mengatakan, keamanan pangan merupakan masalah yang seharusnya menjadi agenda utama bagi semua negara di dunia. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan berbagai kerentanan-kerentanan dan menyebabkan adanya disrupsi terhadap rantai pasok. 

Di samping itu, dia mengatakan, juga ada krisis Rusia dan Ukraina yang menempatkan berbagai tekanan terhadap perdagangan komoditas. Misalnya terganggunya pasokan komoditas minyak bumi, dan terganggunya ketersediaan gandum. 

"Dan terganggunya hal-hal lain, maka kita harus memiliki strategi jangka panjang," kata Mechraoui saat bertemu dengan Wapres RI di Hotel Raffles Dubai, UEA, Kamis (3/11/2022). 

Mechraoui menyampaikan, negara-negara Muslim dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) tidak ada yang menangani masalah keamanan pangan secara sungguh-sungguh. Padahal persoalan keamanan pangan harus dikoordinasikan secara bersama oleh negara-negara Muslim. 

Menurutnya, negara-negara Muslim harus bekerja sama satu sama lain dengan sangat kuat. 

"Kami memandang beberapa negara memiliki kekuatan dalam komoditas tertentu misalnya Malaysia dan Indonesia dalam hal bidang sawit, ini tentu dapat membantu negara-negara lainnya yang tidak memiliki hal itu," jelas Mechraoui. 

Dia menjelaskan, negara-negara besar misalnya Kazakhstan dan Pakistan memproduksi gandum. Maka yang harus dilakukan adalah menciptakan suatu pasar intra negara-negara anggota OKI terhadap komoditas. Sehingga yang kuat dapat membantu yang lemah.

Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab 

Menurutnya, negara-negara Muslim tentu tidak dapat mengatasi masalah keamanan pangan secara sendiri-sendiri, karena tidak ada negara yang dapat melakukannya. 

DinarStandard telah memikirkan, seharusnya ada sekitar sembilan komoditas yang dapat dikerjasamakan. Yaitu gandum, daging, produk-produk unggas, dan produk-produk turunan dari susu, gula dan lain sebagainya. 

"Kalau (kerjasama) ini dilakukan maka kerjasama antara negara-negara Muslim akan menjadi sangat kuat," ujar Mechraoui.  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement