Senin 07 Nov 2022 08:54 WIB

Laporan PBB Ungkap Iklim Lebih Cepat Memburuk

Permukaan air laut naik dua kali lipat dan 8 tahun terakhir merupakan rekor terpanas

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto udara ini, tepian Sungai Jialing yang lebih rendah dari biasanya terlihat di Kota Chongqing, China barat daya, Jumat, 19 Agustus 2022. Kapal-kapal merayap di tengah Sungai Yangtze pada hari Jumat setelah musim panas terkering dalam enam dekade meninggalkan salah satu dari sungai-sungai terkuat menyusut menjadi hampir setengah dari lebar normalnya dan memicu perebutan untuk menahan kerusakan pada ekonomi yang lemah di tahun yang sensitif secara politik.
Foto: AP Photo/Olivia Zhang
Dalam foto udara ini, tepian Sungai Jialing yang lebih rendah dari biasanya terlihat di Kota Chongqing, China barat daya, Jumat, 19 Agustus 2022. Kapal-kapal merayap di tengah Sungai Yangtze pada hari Jumat setelah musim panas terkering dalam enam dekade meninggalkan salah satu dari sungai-sungai terkuat menyusut menjadi hampir setengah dari lebar normalnya dan memicu perebutan untuk menahan kerusakan pada ekonomi yang lemah di tahun yang sensitif secara politik.

REPUBLIKA.CO.ID, SHARM EL-SHEIKH -- Pemanasan bumi dan naiknya air laut terjadi lebih cepat dari sebelumnya dan terus memburuk. Hasil tersebut disampaikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam sebuah Laporan Keadaan Iklim Global pada Ahad (6/11/2022).

"Laporan Keadaan Iklim Global terbaru adalah kronik kekacauan iklim. Kita harus menjawab sinyal bahaya planet ini dengan tindakan–tindakan iklim yang ambisius dan kredibel," kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)Antonio Guterres.

Dalam laporan iklim tahunan itu, badan cuaca PBB mengatakan, kenaikan permukaan laut dalam satu dekade terakhir adalah dua kali lipat dari 1990-an. Sejak Januari 2020, kenaikan itu telah melonjak pada tingkat yang lebih tinggi. Sejak dekade dimulai, permukaan laut naik lima milimeter per tahun, dibandingkan dengan 2,1 milimeter pada 1990-an.

Selama delapan tahun terakhir merupakan rekor terpanas. "Pencairan (es) kondisi dengan kami telah kehilangan dan tingkat permukaan laut. Tidak ada indikator positif sejauh ini," kata kepala WMO Petteri Taalas.

Taalas menjelaskan, satu-satunya alasan mengapa dunia tidak memecahkan rekor suhu tahunan dalam beberapa tahun terakhir adalah fenomena cuaca La Nina tiga tahun yang langka. Data tentang permukaan laut dan suhu rata-rata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perubahan iklim yagn telah melanda orang-orang dalam cuaca ekstrem.

Laporan tersebut menyoroti banjir luar biasa musim panas di Pakistan yang menewaskan lebih dari 1.700 orang dan membuat 7,9 juta orang mengungsi. Sedangkan terjadi kekeringan empat tahun yang melumpuhkan di Afrika Timur, menyebabkan lebih dari 18 juta orang kelaparan.

Sedangkan fenomena Sungai Yangtze mengering ke tingkat terendah pada Agustus. Muncul juga rekor gelombang panas membakar orang-orang di Eropa dan China.

"Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia berbunyi seperti laporan laboratorium untuk pasien yang sakit kritis, tetapi dalam kasus ini pasiennya adalah Bumi,” kata ilmuwan iklim Jennifer Francis dari Pusat Penelitian Iklim Woodwell di Cape Cod yang bukan bagian dari dari laporan.

Tingkat karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida yang memerangkap panas semuanya mencapai rekor tingkat tinggi. Menurut laporan WMO, gas metana yang kuat meningkat pada kecepatan rekor.

Kondisi tersebut berarti lebih dari sekadar pemanasan suhu di darat. Lapisan es Greenland dan gletser dunia menyusut drastis. Selama 26 tahun berturut-turut, Greenland kehilangan es ketika semua jenis es diperhitungkan. Volume salju gletser di Swiss turun lebih dari sepertiga dari 2001 hingga 2022.

Tapi 90 persen dari panas yang terperangkap di Bumi masuk ke lautan dan bagian atas 2.000 meter lautan semakin cepat panas. Tingkat pemanasan dalam 15 tahun terakhir adalah 67 persen lebih cepat daripada sejak 1971. "Panas laut itu akan terus menghangat di masa depan, perubahan yang tidak dapat diubah dalam skala waktu seratus tahun hingga milenium,” kata laporan itu.

Pakar luar tidak terkejut dengan laporan WMO dan menilai tidak seharusnya kondisi seperti itu. “Apa yang telah diperingatkan oleh para ilmuwan iklim selama beberapa dekade ada di depan kita. Dan akan terus memburuk tanpa tindakan,” kata profesor meteorologi University of Georgia Marshall Shepherd.

"Dua hal yang harus dihilangkan: Penundaan iklim dan berbicara tentang dampak perubahan iklim di masa depan," ujarnya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement