Kamis 10 Nov 2022 04:49 WIB

Siswa SD S Terpadu Bina Ilmu Ramai-Ramai Kompak Pilah Sampah

Sekolah membentuk Laskar Kebersihan yang beranggotakan pelajar.

Pelajar SDT Bina Ilmu dibiasakan memilah sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.
Foto: dok Bina Ilmu
Pelajar SDT Bina Ilmu dibiasakan memilah sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR—Lonceng tanda istirahat berbunyi tepat pukul 10.00 WIB. Ratusan pelajar berseragam berhamburan dari ruang kelas menuju kantin sekolah untuk membeli jajanan. Sebagian ada yang memilih duduk di teras masjid sekolah, kursi di bawah pohon, dan taman sekolah untuk menikmati bekal yang dibawa dari rumah.

Selang beberapa menit, tampak beberapa pelajar sudah menghabiskan jajanan yang mereka beli dan hendak membuang sampah kemasannya ke tempat sampah. Hari ini, Rabu (9/11) ada yang pemandangan yang berbeda dari biasanya.

Baca Juga

Abyan Abinaya Abqori (9th), misalnya. Murid kelas III (Tiga), SD S Terpadu Bina Ilmu, ini langsung menuju keranjang sampah yang berada di sudut sekolah yang menjadi lokasi tempat pembuangan sampah sementara. Dengan cekatan ia menyimpan kemasan yang dibawa terbuat dari bahan sterofoam ke keranjang yang sudah diberi papan nama sesuai dengan jenis sampah.

Pemandangan seperti ini setiap hari dilakukan pelajar sekolah dasar yang beralamat di Jalan H Mawi No. 3 Kampung Jari RT 03/05, Parung, Bogor, Jawa Barat. Mereka dibiasakan memilah sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah. Inilah Program Kompak Pilah Sampah yang baru saja diluncurkan pada Senin, 24 Oktober 2022 lalu.

Kepala SD S Terpadu Bina Ilmu, Suprianto, S.Pd, mengatakan, program Kompak Pilah Sampah ini berawal dari keprihatinan terhadap volume sampah yang berasal dari kemasan jajanan siswa yang setiap hari sangat banyak. ‘’Kegiatan ini bertujuan untuk menanggulangi masalah sampah yang setiap hari volumenya semakin meningkat,’’ ujarnya seperti pada siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu, (9/11).

Jika dibiarkan dan tidak dikelola dengan benar, sambung pria kelahiran Bogor, 7 Juli 1979 ini, maka akan menjadi masalah bersama. ‘’Persoalan sampah ini bukan hanya tugas dan tanggung jawab petugas kebersihan sekolah, akan tetapi seluruh warga sekolah memiliki tanggung jawab yang sama,’’ tuturnya

Maka itu, Pri, begitu sapaan akrabnya, merancang Gerakan Kompak Pilah Sampah bagi seluruh warga sekolah. ‘’Ini adalah kerja kolosal dari semua warga sekolah yang setiap hari berada di lingkungan sekolah selama lebih kurang sembilan sampai 10 jam dan ‘memproduksi’ sampah,’’tegasnya.

Pri lalu memaparkan, semua unsur bergerak untuk keberhasilan program ini. Seluruh guru menjadi motor penggerak di ruang-ruang kelas untuk mengingatkan dan memandu petugas piket harian pada saat jam istirahat dan pulang untuk memilah sampah dari tempat sampah yang berada di kelasnya masing-masing.

Selain itu, sekolah membentuk Laskar Kebersihan yang beranggotakan pelajar kelas V (lima) dan VI (enam) di bawah tanggung jawab bidang lingkungan untuk membantu petugas piket harian kelas memastikan tempat sampah di ruang kelas sudah kosong.

‘’Gerakan ini sebagai sarana pendidikan bagi siswa untuk mengenal jenis-jenis sampah. Dengan mempraktekkan secara langsung dalam memilah jenis sampah baik yang bersifat organik dan anorganik sekaligus memberi informasi jenis sampah yang memiliki nilai ekonomis, bisa digunakan untuk kerajinan tangan dan ekonomi kreatif serta kewirausahaan di lingkungan sekolah,’’ terangnya.   

Tujuan utama dari program ini kata Suprianto, yang sudah empat tahun menahkodai sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pembinaan Umat (YPU) Bina Ilmu, menjadi langkah awal untuk menuju Sekolah Adiwiyata yang setiap tahun diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement