Sabtu 12 Nov 2022 07:33 WIB

PUPR Adakan G20 Special Event HELP Atasi Bencana

Konferensi itu diselenggarakan untuk membahas strategi pemulihan secara cepat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Kendaraan melintas di samping baliho KTT G20 di Jalan Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/11/2022). Pemerintah memasang penjor, bendera negara peserta, baliho, dan spanduk di sejumlah jalan protokol di Bali untuk memeriahkan KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Kendaraan melintas di samping baliho KTT G20 di Jalan Bandara Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/11/2022). Pemerintah memasang penjor, bendera negara peserta, baliho, dan spanduk di sejumlah jalan protokol di Bali untuk memeriahkan KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November 2022 mendatang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama dengan the High-Level Experts and Leaders Panel (HELP) serta United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) menyelenggarakan High Level Experts and Leaders Panel on Water and Disasters (HELP) Conference. Tema yang diangkat adalah Building Back Stronger from Impacts of COVID-19, Climate Change, and Disasters - Actions towards Quality Society. 

“The G20 Special Event HELP membuka kesempatan untuk dialog kebijakan secara kolektif. Hal ini sekaligus mempromosikan langkah aksi nyata untuk mengatasi masalah air dan bencana,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (11/11/2022). 

Baca Juga

Dia menjelaskan konferensi tersebut diselenggarakan untuk membahas strategi dan kebijakan dari para pemimpin dan delegasi G20 dari berbagai negara. Khususnya dalam upaya pemulihan ekonomi secara cepat dan efektif dari berbagai dampak pandemi Covid-19 yang dikaitkan dengan perubahan iklim, penanggulangan bencana serta upaya membangun dunia yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif.

Basuki juga berbagi pengalaman Indonesia  dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Selain melalui pembangunan infrastruktur, Kementerian PUPR juga melakukan kolaborasi lintas sektor dengan para pemangku kepentingan strategis.

“Untuk menghadapi bencana terkait air yang dipicu oleh perubahan iklim, maka investasi infrastruktur air harus dirancang dengan baik dan ditingkatkan untuk kepentingan jangka panjang. Hal ini penting dalam rangka meningkatkan kapasitas pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim,” tutur Basuki. 

Sebagai hasil dari G20 Special Event HELP ini adalah rumusan rekomendasi mengenai isu air dan bencana dalam format HELP Message kepada Presiden Joko Widodo dan Pemimpin Negara anggota G20. Rumusan tersebut merupakan seruan kepada negara-negara di dunia agar menyadari urgensi penyelesaian isu tentang air dalam kehidupan dan mempersiapkan rencana aksi yang lebih kuat terhadap peningkatan resiko bencana.

“Tantangan besar yang dihadapi oleh para pemimpin G20 dan dunia adalah krisis pangan dan energi, perang dan konflik, Covid-19, keadaan ekonomi dan pasar yang tidak terkendali, serta perubahan iklim. Semuanya bersumber dari masalah air. Apabila kita bisa mengubah perilaku, kita dapat memitigasi dan mencegah bencana, membantu pemulihan ekonomi global pasca pandemi Covid-19,” ucap Chair of HELP Han Seung-soo.

Bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, dan Kementerian Pertanian, Kementerian PUPR menerapkan teknologi prediksi curah hujan dan ketinggian air, serta mengoptimalkan kapasitas intake dan menyediakan pintu tambahan pada spillway bendungan untuk memungkinkan strategi pelepasan. Tujuannya antara lain untuk mengendalikan puncak debit hujan.

The G20 Special Event HELP juga menyinggung rencana penyelenggaraan 10th World Water Forum 2024 di Bali dimana World Water Council (WWC) dan  Pemerintah Indonesia menjadi co-organizer. 

World Water Forum  merupakan platform bagi para stakeholders di bidang air untuk dapat berkolaborasi dan membuat kemajuan jangka panjang dalam menghadapi tantangan air global. Ketua World Water Council, Loic Fauchon yang juga anggota HELP mengatakan bahwa terdapat dua pesan utama yang dapat disampaikan kepada para pemimpin G20.

“Pertama, isu air tidak dapat dilepaskan dari urusan politik. Kami berharap para pemimpin dunia akan mulai memprioritaskan air melalui berbagai kebijakan. Kedua, pengelolaan air bertujuan untuk mengurangi dampak dari bencana air, seperti banjir, kekeringan dan polusi lingkungan. Oleh karena itu selama G20, WWC dan HELP telah memohon Presiden Joko Widodo untuk menjadi Water Messenger kepada para pemimpin G20,” ungkap Loic. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement