Sabtu 12 Nov 2022 12:37 WIB

Kawasan Industri Jababeka Menjadi Klaster Industri Net Zero Pertama di Asia Tenggara

Pabrik-pabrik terkemuka Kawasan Jababeka-Cikarang bergabung dengan Program Net Zero

Tampak salah satu kawasan ekonomi yang dikelola Jababeka Group
Foto: dok jababeka
Tampak salah satu kawasan ekonomi yang dikelola Jababeka Group

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pabrik-pabrik industri terkemuka di Kawasan Industri Jababeka di Cikarang-Indonesia terdiri dari Pertamina, Hitachi, Unilever, dan L'Oréal, berkolaborasi untuk menciptakan klaster industri net zero dan menjadi klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara. Hal ini merupakan hasil konkret dari Task Force Energy, Sustainability and Climate (TF ESC) B20 dengan mendorong kolaborasi untuk klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara.

Kelompok pabrik Jababeka tersebut menandatangani pernyataan bersama dan mengumumkan rencananya untuk menjadi klaster industri net zero pertama di Kawasan Industri Jababeka di Indonesia Net Zero Summit 2022, side event B20 Indonesia 2022. Klaster ini akan didukung oleh World Economic Forum dan Accenture sebagai bagian dari inisiatif "Transitioning Industrial Clusters towards Net Zero" yang bekerja sama dengan Accenture dan EPRI. 

Pascapenandatanganan, kelompok pabrik Jababeka berencana akan bersama-sama mengembangkan solusi dekarbonisasi di Kawasan Industri Jababeka. Di mana targetnya ialah mencapai emisi karbon nol bersih sebelum tahun 2050 untuk mendukung target net zero Indonesia pada tahun 2060.

Tujuan utama lainnya termasuk meningkatkan efisiensi operasional dan sirkularitas serta transisi dari energi fosil ke energi listrik bertenaga surya, dan sumber terbarukan lainnya. Tujuan-tujuan ini akan menjadi bagian dari upaya transisi energi B20 yang mendukung presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022.

Agung Wicaksono, Managing Director Jababeka Infrastruktur, mengatakan, klaster industri net zero Jababeka akan dibangun di atas dasar yang telah kami letakkan sebagai kawasan industri selama lebih dari 30 tahun dengan perusahaan dari 30 negara untuk bertransformasi di masa depan, menggunakan teknologi dan digital dalam operasionalnya. "Inisiatif tersebut, akan membantu perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri terbesar di Asia Tenggara ini untuk mengambil peran utama dalam mengatasi meningkatnya permintaan konsumen akan produk berkelanjutan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab," katanya dalam siaran pers.

Nicke Widyawati, Presiden Direktur dan CEO Pertamina sekaligus Chair of the B20 Energy, Sustainability and Climate Change, mengatakan, meningkatkan penggunaan solusi energi terbarukan, penting untuk menurunkan emisi karbon dari aktivitas industri. Tetapi untuk mencapai dekarbonisasi membutuhkan kolaborasi antarbanyak pemangku kepentingan. "Jadi, kami mencari perusahaan tambahan di Jababeka untuk bergabung dengan kelompok baru ini. Pertamina, sebagai satu-satunya perusahaan Indonesia di Fortune Global 500, sangat ingin mendorong perjalanan dekarbonisasi ini sebagai perusahaan energi," ujarnya.

Alper Kulak, Direktur Supply Chain Unilever Indonesia, menambahkan, keberlanjutan harus menjadi bagian penting dari setiap strategi bisnis untuk memberikan kinerja yang unggul dan pertumbuhan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Unilever berharap bisa bermitra dengan pihak lain dalam ekosistem bisnis manufaktur ini, dalam upaya ini.

"Dengan mempertimbangkan posisi sebagai pemimpin (pangsa pasar industri) kecantikan dan representasi dari brand global, L'Oréal berkomitmen untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Melalui L'Oréal For the Future, kami berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon 100 persen di semua lokasi kami berada pada tahun 2025 secara global," ujar Puneet Verma, Direktur Operasional Pabrik L'Oréal Indonesia.

"Selain itu, yang ingin saya soroti lebih lanjut adalah bahwa kami menyaksikan percepatan transformasi internal kami dalam berkontribusi untuk mengatasi perubahan iklim di Indonesia. Pada tahun 2021, semua lokasi kami sudah menggunakan 100 persen energi terbarukan primer, dan pada tahun 2023, pabrik kami di Kawasan Industri Jababeka akan mencapai netralitas karbon (net zero emission) 100 persen. Bersama-sama, kami ingin menunjukkan bahwa perusahaan bisa menjadi bagian dari solusi untuk tantangan yang dihadapi dunia,” katanya.

Yasuhiro Yamamoto, Presiden Direktur Hitachi Astemo Bekasi Manufacturing, mengatakan,  dengan peluncuran instalasi PV surya atap 1248kWp di pabrik pada bulan Oktober lalu, di mana merupakan terbesar hingga saat ini yang berada dalam satu bangunan di dalam Kawasan Industri Jababeka, Hitachi Astemo berupaya mempercepat transisi ke net zero di klaster industri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement