Selasa 22 Nov 2022 06:24 WIB

Macron Tuduh Rusia Sebar Propaganda Anti-Prancis di Afrika

Prancis kehilangan pengaruhnya dalam beberapa tahun di sejumlah negara Afrika.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri Dialog Informal Pemimpin APEC dengan Para Tamu selama APEC 2022 di Bangkok, Thailand, 18 November 2022. Presiden Emmanuel Macron menuduh Rusia menyebar propaganda anti-Prancis di Afrika untuk memenuhi ambisi
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri Dialog Informal Pemimpin APEC dengan Para Tamu selama APEC 2022 di Bangkok, Thailand, 18 November 2022. Presiden Emmanuel Macron menuduh Rusia menyebar propaganda anti-Prancis di Afrika untuk memenuhi ambisi "predatornya" di negara-negara Afrika yang bermasalah.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Emmanuel Macron menuduh Rusia menyebar propaganda anti-Prancis di Afrika untuk memenuhi ambisi "predatornya" di negara-negara Afrika yang bermasalah. Di mana Prancis kehilangan pengaruhnya dalam beberapa tahun terakhir.

Di sela pertemuan negara-negara bahasa Prancis di Tunisia, Macron menjawab kritik yang mengatakan Prancis mengeksploitasi ekonomi dan politik bekas koloninya untuk kepentingannya sendiri.

Baca Juga

"Persepsi itu diberikan pihak lain, ini proyek politik, saya tidak bodoh, banyak pemengaruh, terkadang berbicara di program anda, dibayar Rusia, kami mengenal mereka," kata Macron dalam wawancara TV5 Monde, Senin (21/11/2022).

"Beberapa kekuatan, yang ingin menyebar pengaruh mereka di Afrika melakukan ini untuk melukai Prancis, melukai bahasanya, menanam keraguan, di atas itu semua mengejar kepentingan tertentu," tambahnya.

Prancis bekas penjajah dengan daerah jajahan paling luas di Afrika barat dan tengah. Memiliki hubungan militer yang panjang di seluruh pengguna bahasa Prancis di Afrika. Pasukan Prancis juga ditempatkan di Mali selama sepuluh tahun terakhir dalam operasi kontra-teroris.

Paris harus menarik pasukannya dari Mali setelah militer negara itu berkuasa lewat kudeta pada 2020 lalu. Militer Mali mengundang perusahaan militer swasta Rusia, Wagner untuk mengatasi pemberontak dan milisi bersenjata kemudian memutus hubungan dengan Prancis.

Rusia mengatakan Wagner tidak mewakili negara Rusia atau dibayar olehnya. Uni Eropa memberlakukan sanksi pada Wagner atasu tuduhan operasi militer rahasia atas nama pemerintah Rusia.

Dalam laporannya PBB tahun lalu mengatakan instruktur militer Rusia dan tentara Republik Afrika Tengah menggunakan kekuataan berlebihan pada warga sipil, melakukan pembunuhan sewenang-wenang, menduduki sekolah dan menggelar penjarahan massal.

Kremlin mengatakan instruktur Rusia terlibat dalam pembunuhan atau perampokan di negara kaya emas dan berlian itu bohong. Macron mengatakan perilaku Rusia "predator."

"Anda hanya perlu melihat apa yang terjadi di Republik Afrika Tengah atau tempat lain untuk melihat proyek yang Rusia jalankan di sana, ketika Prancis disingkirkan, proyeknya adalah predasi," katanya.

"Itu dilakukan dengan keterlibatan junta militer Rusia," tambahnya. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement