Sabtu 26 Nov 2022 01:40 WIB

Pelatih Iran: Para Pemain Pantas Mendapat Dukungan dan Rasa Hormat

Sebelum kick off para pemain Iran dicemooh pendukung sendiri.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Agung Sasongko
 Pelatih kepala Iran Carlos Queiroz melihat jelang dimulainya pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Wales dan Iran, di Stadion Ahmad Bin Ali di Al Rayyan, Qatar, Jumat, 25 November 2022.
Foto: AP/Pavel Golovkin
Pelatih kepala Iran Carlos Queiroz melihat jelang dimulainya pertandingan sepak bola grup B Piala Dunia antara Wales dan Iran, di Stadion Ahmad Bin Ali di Al Rayyan, Qatar, Jumat, 25 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,AL RAYYAN -- Sebuah kemenangan penting nan emosional. Itu yang diraih tim nasional Iran pada laga kedua Grup B Piala Dunia 2022.

Skuat polesan Carlos Queiroz mengalahkan Wales, 2-0 di Ahmed bin Ali Stadium, Al Rayyan, Jumat (25/11) malam WIB. Ini bukan hanya memperbesar peluang Team Melli ke babak 16 besar. Lebih dari itu, hasil tersebut menaikkan moral Mehdi Taremi dan rekan-rekan.

Baca Juga

Gejolak politik terjadi di dalam negeri Iran. Muncul dukungan masif untuk protes anti-pemerintah. Sebelumnya, saat melawan Inggris, anak asuh Quiroz memilih bungkam saat instrumen lagu kebangsaan mereka didengungkan.

"Ini hari yang indah bagi kami. Kami kembali ke sepak bola. Saya tidak punya kata-kata untuk mengucapkan terima kasih kepada para pemain. Mereka brilian, mereka pantas mendapatkan semua perhatian dan rasa hormat," kata Queiroz, dikutip dari bbc.com, Sabtu (26/11).

Rupanya, sebelum kick off para pemain Iran dicemooh pendukung sendiri. Itu karena kali ini mereka menyanyikan lagu kebangsaan. Sebelumnya ketika jumpa the Three Lions, Ramin Rezaeian dkk memilih bungkam.

"Pemain kami pantas didukung, Kami melakukannya untuk mereka. Satu-satunya alasan kami ada di sini, bermain untuk penggemar," ujar Queiroz.

Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi protes massal di Iran. Itu dipicu kematian Mahsa Arimi dalam tahanan pada September lalu. Arimi merupakan seorang wanita 22 tahun yang ditahan oleh polisi moral karena diduga melanggar aturan ketat seputar penutup kepala.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan, lebih dari 400 pengunjuk rasa tewas. Sebanyak 16.800 lainnya ditangkap. Para pemimpin Iran berpendapat, protes massal tersebut merupakan kerusuhan yang didalangi oleh musuh mereka.

Demikian gambaran situasi sosial politik di negara Asia Barat Daya itu. Kini, anak asuh Queiroz berjuang lewat sepak bola. Kemenangan atas Amerika Serikat nantinya, bakal meloloskan team meli ke babak sistem gugur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement