Ahad 18 Dec 2022 17:27 WIB

Korea Utara Kembali Tembak Dua Rudal Balistik, Bisa Jangkau Daratan Amerika Serikat  

Korea Utara intensif melakukan uji coba senjata pertama Korea Utara

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
 FILE - Foto yang diberikan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan uji tembak rudal balistik antarbenua Hwasong-17 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Korea Utara, Jumat, 18 November 2022. Wartawan independen tidak diberi akses untuk meliput peristiwa yang digambarkan dalam gambar yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara ini. Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang berpengaruh, telah memperingatkan Amerika Serikat bahwa mereka akan menghadapi krisis keamanan yang lebih fatal karena Washington mendorong kecaman PBB atas uji coba rudal balistik antarbenua Korea Utara baru-baru ini.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
FILE - Foto yang diberikan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan uji tembak rudal balistik antarbenua Hwasong-17 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Korea Utara, Jumat, 18 November 2022. Wartawan independen tidak diberi akses untuk meliput peristiwa yang digambarkan dalam gambar yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara ini. Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang berpengaruh, telah memperingatkan Amerika Serikat bahwa mereka akan menghadapi krisis keamanan yang lebih fatal karena Washington mendorong kecaman PBB atas uji coba rudal balistik antarbenua Korea Utara baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Korea Utara menembakkan sepasang rudal balistik pada Ahad (18/12) ke arah perairan timurnya. Ini adalah uji coba senjata pertama Korea Utara dalam sebulan.

"Militer Korea Selatan mendeteksi peluncuran dua rudal balistik Korea Utara dari daerah barat laut Tongchangri. Sejumlah rudal itu terbang melintasi negara menuju perairan timurnya," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Rudal itu ditembakkan sekitar 50 menit terpisah. Terapi staf gabungan Korea Selatan tidak memberikan rincian lebih lanjut, seperti jenis senjata apa yang ditembakkan Korea Utara dan seberapa jauh mereka terbang.  

Kepala Staf Gabungan mengatakan, militer Korea Selatan telah memperkuat postur pengawasannya dan menjaga kesiapan dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat.

Pejabat Jepang juga mengatakan mereka melihat dua peluncuran rudal dari Korea Utara. Penjaga pantai Jepang mengatakan, rudal yang ditembakkan dari Korea Utara jatuh di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.  

Pejabat penjaga pantai Jepang mengatakan, kedua rudal itu mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Daerah Tongchangri adalah rumah bagi Tempat Peluncuran Satelit Sohae Korea Utara. Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara meluncurkan roket pembawa satelit jarak jauh. PBB menyebut peluncuran itu sebagai uji terselubung teknologi ICBM atau rudal antarbenua.

Pada Kamis (15/12/2022) di fasilitas Sohae, Korea Utara juga melakukan uji coba "motor berbahan bakar padat dengan daya dorong tinggi" untuk senjata strategis baru. 

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

Para ahli mengatakan, langkah ini merupakan sebuah perkembangan yang memungkinkan Korea Utata memiliki senjata yang lebih mobile untuk mendeteksi persenjataan rudal balistik antarbenua yang dapat mencapai daratan Amerika Serikat (AS). Belum diketahui apakah peluncuran pada Ahad terjadi dari fasilitas Sohae.

Peluncuran pada Ahad adalah uji coba senjata publik pertama Korea Utara sejak negara itu meluncurkan ICBM Hwasong-17 berbahan bakar cair jarak jauh yang mampu mencapai seluruh tanah air Amerika Serikat. 

Awal tahun ini, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran berbagai rudal lain dengan kecepatan tinggi. Korea Utara mengatakan, pengujian senjatanya sebagai tindakan pertahanan diri untuk mengatasi latihan militer Amerika Serikat-Korea Selatan yang diperluas dan dipandang sebagai latihan invasi. 

Tetapi beberapa ahli mengatakan, Korea Utara kemungkinan memanfaatkan latihan militer gabungan Korea Selatan-Amerika Serikat sebagai alasan untuk memperbesar persenjataan dan meningkatkan pengaruhnya dalam negosiasi di masa depan dengan Washington.    

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement