Selasa 20 Dec 2022 16:25 WIB

Guterres Tegaskan Solusi Dua Negara Selesaikan Konflik Israel-Palestina

Tidak ada solusi lain untuk Palestina dan Israel selain solusi dua negara

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan percaya tidak ada solusi lain untuk solusi dua negara
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan percaya tidak ada solusi lain untuk solusi dua negara

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres membuat konferensi pers akhir tahun pada Senin (19/12/2022). Dalam kesempatan ini dia menyoroti konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.

Guterres menegaskan, PBB sangat jelas mengutuk kekerasan terhadap Palestina. "Karena kami percaya tidak ada solusi lain untuk Palestina dan Israel selain solusi dua negara, dan kami sangat prihatin dengan apa yang mungkin dilakukan pemerintah Israel berikutnya dalam hal itu," ujarnya. 

Pemimpin PBB ini menyoroti tentang nasib lebih dari 200 warga Palestina yang terbunuh tahun ini, kebanyakan dari korban adalah warga sipil. Dia pun menaruh perhatian pada pemilihan pemerintah sayap kanan Israel, termasuk anggota parlemen dan pemerintahan yang menentang negara Palestina.

Guterres menekankan sangat penting bagi seluruh komunitas internasional menjelaskan dengan sangat jelas kepada pemerintah di Israel bahwa tidak ada alternatif untuk solusi dua negara. "Bahwa tidak ada tindakan sepihak yang boleh dilakukan untuk mempertanyakan solusi dua negara,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Guterres juga mendesak kecaman terhadap setiap bentuk ekstremisme termasuk neo-Nazisme, supremasi kulit putih, anti-Semitisme, dan kebencian anti-Muslim di negara-negara Barat dan tempat lain di dunia. "Ini jelas merupakan ancaman, dan kita harus melawan ancaman itu dengan tekad yang sangat besar,” katanya.

Guterres menunjuk dugaan rencana kudeta baru-baru ini di Jerman dengan lebih dari 20 orang yang terkait dengan gerakan sayap kanan ekstrem ditahan. Peristiwa ini dipandang sebagai salah satu contoh ancaman terhadap masyarakat demokratis di seluruh dunia.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement