Sabtu 24 Dec 2022 05:13 WIB

Abdul Mu'ti: Radikalisme tak Selalu Berakar Agama

Ancaman radikalisme-terorisme tak akan pernah hilang seiring dinamika politik global.

Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti
Foto: Muhammad Noor Alfian
Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, radikalisme-terorisme muncul tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik lain. Hal seperti itu membuat masyarakat jemu dan bersikap apatis terhadap kasus-kasus radikalisme-terorisme, seperti pada kasus bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar.

"Upaya mengaitkan agama dengan terorisme itu harus mulai dikoreksi. Hanya dalam konteks Indonesia ditengarai seakan ada skenario karena pada aksi-aksi tertentu, pascaaksi selalu ditemukan dokumen yang berkaitan dengan teologis, yang kemudian mengalihkan perhatian masyarakat dari isu penting lainnya," kata Abdul Mu'ti dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema "Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia" dipantau dari Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Baca Juga

Oleh sebab itu, Mu'ti mengimbau agar penanganan tindakan radikalisme-terorisme perlu diubah menjadi pendekatan semesta yang lebih partisipastif, melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan sifatnya persuasif. "Tidak selalu harus mengikuti pola militeristik," ujarnya pula.

Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komarudin Hidayat mengatakan bahwa pada tataran intelektual dan ilmuwan sudah diakui bahwa tidak ada korelasi utama antara Islam dan terorisme. "Gerakan kelompok radikalisme-terorisme di berbagai negara juga semakin berkurang. Data yang ada menunjukkan pula bahwa agama tidak berdiri sendiri dalam gerakan radikalisme-terorisme tersebut," kata Prof Komarudin.

Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menyebutkan, ancaman radikalisme-terorisme tidak akan pernah hilang seiring dinamika politik global. Fakta-fakta kemunculan radikalisme-terorisme tetap harus menjadi perhatian publik dan pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement