Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Aulia Ramadanti

Ada Ribuan Bahasa di Dunia, Bagaimana Awal Kemunculannya?

Khazanah | Wednesday, 28 Dec 2022, 13:58 WIB

Ada Ribuan Bahasa di Dunia, Bagaimana Awal Kemunculannya?

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia akan berkecimpung dalam kegiatan yang disebut interaksi sosial. Interaksi sosial adalah unsur paling mendasar dalam kehidupan manusia. Dan bahasa adalah medianya.

Bahasa menjadi penghubung antara satu manusia dengan manusia lain, saling mengutarakan pendapat, mengungkapkan perasaan, ide, gagasan, dan hal-hal lain yang terlintas dalam pikiran.

Pengertian Bahasa

Menurut KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Sementara itu, professor William A. Haviland memberi pengertian bahwa bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

Jumlah Bahasa di Dunia

Menurut survey UNESCO, saat ini, ada sekitar 7000 bahasa yang dituturkan oleh lebih dari 7 miliar manusia di dunia. meski 2.500 diantaranya terancam punah, namun jumahnya tetap tidak bisa dibilang sedikit. Lantas, bagaimana caranya bahasa bisa terpecah menjadi sebegitu banyaknya?, bagaimana asal usulnya? Apakah bahasa itu muncul dengan sendirinya?.

Karena jika melihat pada sejarah kehidupan manusia, manusia awalnya hanya satu. Semestinya, bahasa pun tidak banyak berubah, karena bahasa diajarkan oleh orang tua kepada anak secara turun temurun.

Awal Kemunculan

Menurut Avram Noam Chomsky, seorang professor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts, bahasa pertama kali muncul pada 60.000 – 100.000 tahun lalu di Afrika. Sebelum bahasa muncul, manusia hanya mampu berkomunikasi menggunakan gerak tubuh atau bahasa isyarat sederhana secara terbatas.

Bahasa Imitasi

Setelah menyadari bahwa kegelapan malam membuat bahasa isyarat tidak lagi efektif digunakan, otak manusia kemudian berevolusi dan mulai menirukan suara-suara hewan atau alam sekitar untuk menggambarkan sesuatu, atau bisa disebut sebagai bahasa imitasi.

Uniknya, bahasa imitasi ini masih bisa kita temukan sisa-sisanya di era modern. Contohnya masyarakat suku Sunda yang masih menyebut kucing dengan sebutan emeng atau meong, atau menyebut kambing atau domba dengan mbe. Atau gecko untuk tokek dalam bahasa inggris.

Seiring berjalannya waktu dan berevolusinya otak manusia, akhirnya manusia mampu menamai berbagai macam hal di sekitarnya dengan sebutan-sebutan sederhana.

Penyebaran Bahasa

Seiring bertambahnya populasi, manusia akhirnya bermigrasi ke berbagai tempat di dunia guna mencari tempat tinggal dan makanan. Setelah terpisah satu sama lain, manusia membentuk kelompok baru, dan timbullah bahasa baru yang dipengaruhi oleh kondisi alam, makanan, dan makhluk hidup lain yang tinggal disekitarnya.

Lalu, ketika sekelompok manusia tadi bertemu dengan kelompok lain dengan bahasa yang berbeda pula, interaksi kedua kelompok ini kemudian membentuk bahasa baru agar bisa saling memahami.

Selain itu, faktor jarak juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi keragaman bahasa di dunia. Karena itulah, negara-negara yang letaknya berdekatan seringkali memiliki bahasa yang mirip. Contohnya Indonesia dengan Malaysia dan Singapura.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image