Selasa 03 Jan 2023 16:13 WIB

Khofifah: Jatim Bertekad Cetak Santri Mandiri

Pelatihan 1.000 santri digipreneur sudah berjalan di dua kabupaten di Jawa Timur

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur bertekad mencetak generasi santri mandiri untuk menjawab tantangan di era digital melalui program 1.000 Santri One Pesantren One Product (OPOP) Digipreneur.

"Program ini mengawinkan potensi santri dengan potensi kewirausahaan," kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Bahkan, kata dia, bukan hanya santrinya yang akan mendapatkan multiplier effect, tapi juga pondok pesantren dan lingkungan sekitarnya.

Mantan Menteri Sosial ini juga menegaskan bahwa program OPOP Digipreneur yang diberikan pada santri Jatim agar akrab dengan media digital, khususnya internet.

"Sebab, teknologi menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini," kata orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.

Hal ini, kata Khofifah, semakin kuat dengan prediksi pendiri Alibaba, Jack Ma yang menyebutkan bahwa di tahun 2030 pelaku UMKM dunia 99 persen akan bergerak akan dunia daring. Dari jumlah itu, 85 persenakan melakukan kegiatan jual belinya lewat e-Commerce.

"Jadi menguasai teknologi dan internet adalah sebuah keniscayaan. Ini menjadi starting point untuk menyiapkan 1.000 santri OPOP untuk masuk pada digital entrepreneur," kata dia.

Pelatihan 1.000 santri digipreneur sudah berjalan di dua kabupaten di Jawa Timur, yakni Banyuwangi dan Mojokerto dengan masing-masing jumlah santri yang dilatih 100 peserta.

Pada program ini para santri akan dibekali bimbingan teknis sebagai bekal agar mereka memiliki keberanian, percaya diri, dan cakap untuk mendirikan sebuah usaha rintisan atau start up kewirausahaan.

Tak hanya itu, para santri akan mendapatkan materi fundamental entrepreneur, fundamental digital marketing dan media, serta fundamental desain komunikasi visual.

"Targetnya adalah 10 SMK dalam satu kabupaten. Mereka di pesantren tidak boleh membawa ponsel dan dilarang pakai internet. Makanya kami cari format sekolah yang memiliki laboratorium komputer," kata Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement