Jumat 06 Jan 2023 13:33 WIB

Merasa Malu tak Punya Buku Pelajaran, Pelajar MI Ini Enggan Masuk Sekolah

Ayah si pelajar MI bekerja serabutan sehingga kesusahan memenuhi kebutuhan hidup.

Ilustrasi pelajar madrasah ibtidaiyah (MI)
Foto: Antara/Makna Zaezar
Ilustrasi pelajar madrasah ibtidaiyah (MI)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Salah seorang pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD di Tambak Deres Bulak, Kelurahan Bulak, Kota Surabaya Fathul Arifin tidak mau sekolah karena terkendala tidak punya buku pelajaran.

"Alasan dek Fathul tidak mau bersekolah, karena tidak mempunyai buku pelajaran, sehingga malu dengan teman-temannya," kata anggota Komisi C DPRD Surabaya Abdul Ghoni Mukhlas Ni'am saat mengunjungi kediaman Fathul Arifin di Jalan Bogorami 2/6A, RT02/RW03, Bulak, Surabaya, Jumat.

Ghoni mendatangi Fathul langsung ke rumahnya untuk menindaklanjuti laporan warga. Hasilnya, alasan Fathul Arifin tidak mau bersekolah karena tidak mempunyai buku pelajaran, sehingga malu dengan teman-temannya.

Sementara ayah Fathul, Moch Imron bekerja sebagai tukang las serabutan di Bronggolan, Surabaya dengan penghasilannya Rp 900 ribu per bulan dan itu tidak menentu. Sedangkan ibunya tidak bekerja.

Ibu dari Fathul, Siti Sumaiyah mengatakan pihak sekolah sudah menghubungi dan disuruh masuk anaknya, tapi Fathul ini tetap tidak mau karena malu belum punya bukunya. "Sudah tiga hari tidak masuk sekolah," ujar Siti.

Siti menjelaskan ayah Fatkhul dulu sempat berjualan keliling es saridele, sehingga masih mampu mencukupi kehidupan sehari-hari, termasuk menyekolahkan anaknya. Namun, karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), akhirnya terpaksa bekerja sebagai tukang las di Bronggalan dengan gaji seadanya.

Menurut Siti, kekurangan kebutuhan sekolah Fathul saat ini sebesar Rp485 ribu dengan rincian dua buku semester 2 sebesar Rp 250 ribu, infaq bulan Januari sebesar Rp75 ribu, kalender sebesar Rp 10 ribu, infak semester 1 kurang Rp 150 ribu.

Mendapati hal itu, Ghoni memberikan bantuan berupa uang untuk membeli buku pelajaran sekaligus permodalan yang diharapkan bisa membantu perekonomian keluarga sebagai bentuk penyelesaian masalah Fathul Arifin.

Sementara, adik Fathul yang bernama Shakiya Almahira Zea juga salah satu anak yang tercatat stunting atau kerdil di Kecamatan Bulak. Sehingga, Ghoni sekalian memberikan semangat untuk orang tua agar terus memberikan asupan gizi dan pendampingan untuk anaknya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement