Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nurul Aulia Ramadanti

Seni Menerjemahkan: Bagaimana Cara Menerjemahkan Harf ke dalam Bahasa Indonesia?

Edukasi | Friday, 06 Jan 2023, 21:45 WIB

Bahasa adalah salah satu komponen paling menarik dalam kehidupan manusia. Dilansir dari laman UNESCO, saat ini ada lebih dari 7000 bahasa di seluruh dunia (UNESCO, 2021). Setiap bahasa tersebut memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing, terutama pada struktur gramatikalnya.

Struktur gramatikal merupakan salah satu unsur utama yang amat perlu diperhatikan dalam proses penerjemahan. Oleh sebab itu, cara-cara khusus diperlukan dalam proses pemindahan informasi dari bahasa sumber menuju bahasa sasaran agar makna yang terkandung dalam bahasa sumber mampu tersampaikan dengan baik.

Bahasa Indonesia dan bahasa Arab yang menjadi fokus utama pembahasa makalah ini juga memiliki karakteristik dan struktur gramatikal berbeda. Salah satunya adalah adanya sistem huruf dalam struktur gramatikal bahasa Arab. Disebutkan dalam kitab Jurumiyah karangan syaikh Ibnu Ajurrum, secara umum, kalimat dalam bahasa Arab terbagi menjadi 3 jenis yaitu isim, fi’il, dan harf. Ketiganya memiliki karakteristik dan tanda masing-masing.

Syamsi Setiadi (2017: 73) berpendapat bahwa berbeda dengan isim dan fi’il, harf adalah kata yang tidak bisa berdiri sendiri. Karena itulah penulisan harf selalu disambung dengan kata lain sebelum dan atau sesudahnya. Pun dari segi makna, harf tidak memiliki pedanan yang betul-betul tepat dalam bahasa Indonesia, makna yang dimilikinya hanyalah makna general karena makna yang dimiliki harf akan berubah tergantung rangkaian kalimat yang ditempelinya. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu harf bisa hilang ketika diterjemahkan.

Proses penerjemahan harf

Menerjemahkan harf berarti menerjemahkan satu rangkaian kalimat. Oleh sebab itu ada beberapa tahap yang mesti dilalui dalam prosesnya. Suryawinata dan Haryanto (dalam Siti Shalihah, 2017: 66) menyebutkan bahwa ada 4 tahap yang harus dilalui dalam proses penerjemahan, yaitu:

1. Analisis

Dalam tahap ini, rangkaian kalimat yang ada dianalisis terlebih dahulu. Baik dari segi gramatikal, kata, maupun makna, baik makna tekstual maupun kontekstual.

2. Transfer

Penerjemah dalam tahap ini, bertugas untuk memahami terlebih dahulu dalam kepalanya rangkaian kalimat yang sudah dianalisis sebelumnya.

3. Restrukturisasi

Barulah pada tahap ketiga ini penerjemah mulai mencari pedanan kata, ungkapan, dan atau struktur kalimat paling tepat dalam bahasa sasaran agar pesan yang terkandung dalam bahasa sumber dapat tersampaikan dengan baik.

4. Evaluasi dan revisi

Di tahap terakhir ini, penerjemah diharuskan memeriksa kembali hasil terjemahannya. Apabila sekiranya belum atau kurang tepat maka revisi akan dilakukan.

Contoh penerjemahan harf

Bahasa sumber: الصلاة واجب على كلّ مسلم

Bahasa sasaran: Sholat itu wajib bagi setiap muslim

Harf على secara umum memiliki arti ‘di atas’. Akan tetapi dalam rangkaian kalimat tersebut, على diterjemahkan menjadi ‘bagi’. Hal itu dikarenakan kata sebelum dan sesudah على tidak menghendakinya untuk diterjemahkan menjadi ‘diatas’ karena akan menimbulkan terhalangnya penyampaian informasi dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Karena sebagaimana yang telah disebutkan di atas, harf tidak memiliki pedanan yang betul-betul tepat dalam bahasa Indonesia. penerjemahan harf akan sangat bergantung pada rangkaian kalimat yang ada bersamanya.

Contoh hrf yang dihilangkan dalam penerjemahan

Bahasa sumber: اشتريتُ لحما وبقلا وفواكه وتوابل من السوق

Bahasa sasaran: Aku membeli daging, sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah dari pasar.

Pada contoh diatas, و yang pada bahasa sasaran dipadankan dengan ‘dan’ ditulis berkali-kali pada bahasa sumbernya. Akan tetapi, setelah diterjemahkan kedalam bahasa sasaran ‘dan’ hanya digunakan sekali, sisanya dihilangkan dan diganti dengan koma. Karena dalam aturan penulisan bahasa Indonesia, ketika kata ‘dan’ digunakan untuk menghubungkan lebih dari 3 kata, maka wajib diganti dengan koma.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image