Kamis 19 Jan 2023 18:55 WIB

Rasis dan Anti-Muslim, Mantan Manajer Klub Bola Inggris Dinyatakan Bersalah

Mantan Manajer Sepak Bola Crawley Town, John Yems, terkenal anti-Muslim

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
John Yems. Mantan Manajer Sepak Bola Crawley Town, John Yems, terkenal anti-Muslim
Foto: Dok Istimewa
John Yems. Mantan Manajer Sepak Bola Crawley Town, John Yems, terkenal anti-Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Mantan manajer Sepak Bola Crawley Town, John Yems, terkenal dengan bahasa ofensif dan rasis, bahkan menyebut pemain Muslim sebagai seorang teroris. Gaya bercandanya yang berlebihan ini membuatnya dijatuhi hukuman larangan bermain bola selama 15 bulan. 

Asosiasi Sepak Bola (FA) telah menyimpulkan bahwa Yems yang menyebut pemain Muslim sebagai teroris adalah bukan seorang rasis yang sadar.   

Baca Juga

Menurut laporan FA, mantan bos Crawley itu membuat lelucon yang menyinggung antara 2019 dan 2022 di antaranya adalah:

Menggunakan stereotipe rasial kepada pemain kulit hitam asal Afrika, dengan menanyakan apakah dia menyukai ayam brengsek.

Mengatakan bahwa seorang pemuda internasional Irak di klub mungkin akan meledakkan stadion. 

Berkali-kali berkomentar tentang pemain lain yang membawa bom di tasnya. 

Yems menyebut satu pemain sebagai "curry muncher" dan bertanya, apakah pemain tersebut tidak senang karena mereka tidak menyajikan "curry pizza". 

Membuat komentar kepada seorang pemain tentang "seberapa gelap kulitnya" saat kembali ke Crawley setelah mewakili Grenada.

Bukti- bukti yang disidangkan di depan majelis hakim selama persidangan itu, hanya ada satu yang diakui Yems. 

Dia membantah sebagian besar tuduhan dan dengan tegas menyangkal bahwa dia rasis. Dia mengaku sebagai orang berpikiran terbuka dan menyambut semua orang dari latar belakang apa pun. 

Sedangkan mengenai keluhan dari para pemain yang kerapa menerima bahasa rasis, Yems mengaitkan bukti mereka dengan kekecewaan karena tidak dipilihnya untuk bermain untuk tim.  

Dari banyaknya dakwaan, Yems mengakui satu dakwaan dan dinyatakan bersalah atas 11 dakwaan lainnya terkait komentar yang merujuk pada asal suku, warna kulit, ras, kebangsaan, agama, kepercayaan, atau jenis kelamin. 

Dilansir dari 5Pillars, Kamis (19/1/2023), dia dilarang bermain sepak bola selama 15 bulan karena beberapa pelanggaran aturan Asosiasi Sepak Bola terkait dengan komentar diskriminatif. 

“Kami menganggap ini sebagai kasus yang sangat serius. Kami telah menerima bahwa Yems bukanlah seorang rasis yang sadar. Jika ya, penangguhan yang sangat lama, bahkan permanen, akan sesuai,” FA mengatakan dalam temuannya. 

“Namun, 'olok-olok' Yems tidak diragukan lagi dianggap para korban dan orang lain sebagai ofensif, rasis, dan Islamofobia. Yems sama sekali tidak memedulikan kesusahan yang disebabkan oleh kelucuannya yang salah tempat,” kata FA. 

Sky News melaporkan bahwa organisasi anti-rasisme Kick It Out mengatakan "sangat sulit untuk memahami", bagaimana panel menyimpulkan bahwa Yems bukanlah seorang rasis yang sadar. “Bahasa diskriminatif yang diuraikan dalam laporan independen FA sungguh mengejutkan,” kata organisasi. 

“Mengingat keseriusan insiden yang diperinci, sangat sulit untuk memahami bagaimana panel independen FA menyimpulkan bahwa 'Yems bukanlah seorang rasis yang sadar'. Kami tidak sependapat dengan itu,” katanya. 

Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani  

Perilaku yang digariskan dalam laporan itu harus disebut apa adanya, rasisme, dan Islamofobia. Secara gamblang, larangan 15 bulan mengingat beratnya 11 dakwaan yang terbukti adalah tamparan bagi para korban pelecehan diskriminatif, yang diperinci dalam laporan ini dan siapa saja yang menjadi sasaran rasisme atau Islamofobia. 

Selain itu, untuk mengurangi rangkaian pernyataan ofensif, Islamofobia, dan rasis yang berkepanjangan menjadi 'lelucon yang salah tempat' menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kerusakan, yang dapat disebabkan oleh bahasa ini atau dinamika kekuatan yang ada dalam permainan. 

“Keputusan ini juga menjadi preseden berbahaya dengan membiarkan pelaku bersembunyi di balik pertahanan 'lelucon' ketika dengan sengaja menggunakan bahasa yang berbahaya dan diskriminatif, dan kami akan menghubungi FA untuk memahami bagaimana panel sampai pada kesimpulan ini,” kata organisasi. 

“Kami memuji keberanian para korban kasus ini untuk maju dan akan mendorong siapa pun yang terlibat dalam permainan, yang sayangnya menemukan diri mereka dalam situasi yang sama untuk menghubungi kami di Kick It Out,” ujar organisasi.

 

 

Sumber: 5pillarsuk

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement