Sabtu 21 Jan 2023 07:08 WIB

Arab Saudi tidak akan Normalisasi Hubungan dengan Israel Hingga Negara Palestina Berdiri

Stabilitas hanya akan terjadi jika hak-hak warga Palestina diberikan.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud. Arab Saudi tidak akan Normalisasi Hubungan dengan Israel Hingga Negara Palestina Berdiri
Foto: EPA-EFE/ANDREJ CUKIC
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud. Arab Saudi tidak akan Normalisasi Hubungan dengan Israel Hingga Negara Palestina Berdiri

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi Faisal bin Farhan Al-Saud menyebut negaranya tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sampai negara Palestina berdiri. Stabilitas dinilainya hanya akan terjadi jika hak-hak warga Palestina diberikan.

“Normalisasi sejati dan stabilitas sejati hanya akan datang dengan memberikan harapan kepada Palestina. Melalui pemberian martabat kepada warga Palestina, dan itu membutuhkan pemberian negara kepada warga Palestina,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan Al-Saud saat berbicara kepada Bloomberg di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, dilansir dari Middle East Eye, Jumat (20/1/2023).

Baca Juga

Sebuah video pendek dari komentar tersebut di mana Faisal berbicara bahasa Inggris, dibagikan di akun Twitter resmi Kementerian Luar Negeri Saudi. Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, tetapi Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertemu secara diam-diam dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di kerajaan itu pada 2020, menurut beberapa laporan media Israel saat itu.

Sebelumnya pada Kamis, Netanyahu membahas normalisasi dengan Saudi pada pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan di Yerusalem. Keduanya berbicara tentang langkah selanjutnya untuk memperdalam Abraham Accords dan memperluas lingkaran perdamaian, dengan penekanan pada terobosan dengan Arab Saudi.

Netanyahu yang kembali menjabat bulan lalu dengan pembentukan pemerintahan baru sayap kanan, memimpin pada 2020 ketika Israel menjalin hubungan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan sebagai bagian dari apa yang disebut Persetujuan Abraham.

Pada Desember, dia tampil di televisi pemerintah Arab Saudi untuk mengklaim normalisasi adalah kunci perdamaian antara Israel dan Palestina. “Saya pikir kita dapat memiliki inisiatif perdamaian baru yang akan membentuk lompatan kuantum untuk pencapaian penyelesaian konflik Arab-Israel dan, pada akhirnya, konflik Palestina-Israel,” kata Netanyahu kepada Al Arabiya saat itu.

“Dan tentu saja, saya mengacu pada apa yang bisa menjadi perdamaian bersejarah yang benar-benar luar biasa dengan Arab Saudi," tambahnya.

Warga Palestina mengecam kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab. Kesepakatan itu menurut mereka melanggar posisi lama Liga Arab bahwa hubungan dengan Israel hanya boleh dinormalisasi dengan imbalan negara Palestina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement