Sabtu 21 Jan 2023 20:14 WIB

Erick Ingin Tiru Langkah Sepak Bola Jepang Jika Jadi Ketum PSSI

Erick mengatakan, Indonesia perlu belajar bagaimana Jepang dalam mengelola sepak bola

Rep: C02/ Red: Israr Itah
Erick Thohir ditemui di Taman Pracima Tuin, Puro Mangkunegaran, Solo, Sabtu (21/1/2023).
Foto: Republika/Alfian
Erick Thohir ditemui di Taman Pracima Tuin, Puro Mangkunegaran, Solo, Sabtu (21/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menteri BUMN Erick Thohir menjadi salah satu calon kuat sebagai Ketua Umum (Ketum) PSSI periode 2023-2027. Ia memaparkan keinginannya jika terpilih, yakni membuat Indonesia berkaca dari keberhasilan sepak bola Jepang. 

"Berulang-ulang saya sampaikan, lihat Jepang tahun 1991 punya peta biru 100 tahun membangun sepak bolanya. Jepang emang mikir siapa perdana menterinya, siapa Ketua federasinya, siapa yang punya klub bolanya, siapa pemainnya. Itu nggak mikir, tapi rencananya ada," kata Erick usai peresmian Pracima Tuin di Puro Mangkunegaran, Sabtu (21/1/2023).

Baca Juga

Erick mengatakan, Indonesia perlu belajar bagaimana Jepang dalam mengelola sepak bola. Buktinya Jepang berhasil lolos dan bermain dalam tujuh Piala Dunia. 

"Kalau kita lihat prestasi tim nasional Jepang yang terus difokuskan main di Piala Dunia. Padahal waktu itu sebelum membuat liganya (belajar) datang ke sini (Indonesia)," katanya.

Selain itu, Erick juga menyinggung bagaimana pola permainan sepak bola Jepang yang menurutnya bermain secara kolektif dan tidak individual. Menurutnya, Indonesia harus berjalan ke arah sana.

"Ini yang kita harus lakukan. Kalau kita lihat juga sepak bola Jepang bagaimana bermain sepak bolanya tidak individualistik, seperti ombak maju mundur. Terus tim nasionalnya, habis main membersihkan ruangan lokernya, penontonnya juga ikut ngebersihin. Nah, itu kultur yang dibangun," katanya.

Oleh karena itu, Erick mengatakan bahwa sepak bola Indonesia harus bersatu. Ia juga mengimbau agar sepak bola jangan sampai menjadi kesedihan, melainkan kebahagiaan.

"Sepak bola Indonesia harus menjadi persatuan bukan malah memecah-mecah. Setiap ada pertandingan sepak bola masyarakat ketakutan. Orang tua yang punya anaknya suporter ketakutan. Ini harus ada metode ya yang kita bangun sama-sama. Jangan juga sepak bola menjadi kesedihan tapi harus menjadi kebahagiaan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement