Senin 23 Jan 2023 13:29 WIB

Parlemen Rusia Ingatkan Malapetaka Dunia Jika Barat Beri Senjata Berat ke Ukraina

Belum lama ini, AS berjanji untuk mendukung Ukraina dalam hal persenjataan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
 FILE - Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara dengan tentara Jerman Bundeswehr di tank tempur utama Leopard 2 selama pelatihan dan latihan di Ostenholz, Jerman, Senin, 17 Oktober 2022. Jerman telah menjadi salah satu pemasok senjata utama Ukraina di 11 bulan sejak invasi rusia. Perdebatan di antara sekutu tentang manfaat pengiriman tank tempur ke Ukraina telah memusatkan perhatian tanpa henti pada Jerman, yang tank Leopard 2-nya digunakan oleh banyak negara lain dan telah lama diincar oleh Kyiv.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa via AP, File
FILE - Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara dengan tentara Jerman Bundeswehr di tank tempur utama Leopard 2 selama pelatihan dan latihan di Ostenholz, Jerman, Senin, 17 Oktober 2022. Jerman telah menjadi salah satu pemasok senjata utama Ukraina di 11 bulan sejak invasi rusia. Perdebatan di antara sekutu tentang manfaat pengiriman tank tempur ke Ukraina telah memusatkan perhatian tanpa henti pada Jerman, yang tank Leopard 2-nya digunakan oleh banyak negara lain dan telah lama diincar oleh Kyiv.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia, Duma, Vyacheslav Volodin mengingatkan, pengiriman senjata berat ke Ukraina oleh negara-negara Barat akan menyebabkan malapetaka global. Menurut dia, jika Washington dan negara-negara Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memasok senjata ke Ukraina, akan ada pembalasan.

"Jika Amerika Serikat dengan NATO memasok senjata dan akan digunakan untuk menyerang kota-kota sipil hingga berusaha merebut wilayah kami, seperti yang mereka ancam, ini akan mengarah pada tindakan pembalasan dengan menggunakan senjata yang lebih kuat," kata Vyacheslav Volodin seperti dikutip laman Anadolu Agency, Senin (23/1/2023).

Baca Juga

Volodin mendesak anggota Kongres Amerika Serikat (AS) dan anggota parlemen di Bundestag Jerman, Majelis Nasional Prancis, dan parlemen Eropa lainnya untuk menyadari tanggung jawab mereka terhadap kemanusiaan. Belum lama ini, AS berjanji untuk mendukung Ukraina jika perihal melancarkan operasi untuk merebut kembali Semenanjung Krimea yang dianeksasi Rusia pada 2014.

Moskow juga mencaplok empat wilayah di Ukraina timur tahun lalu. Barat mengecam pencaplokan itu sebagai referendum palsu.

"Dengan keputusan mereka, Washington dan Brussel memimpin dunia menuju perang yang mengerikan: Untuk aksi militer yang sama sekali berbeda dari hari ini, ketika serangan dilakukan secara eksklusif pada infrastruktur militer dan kritis yang digunakan oleh rezim Kiev," kata Volodin lebih lanjut.

Ia juga mengatakan, para politikus harus memahami, keputusan tersebut dapat berakhir pada tragedi global, yang akan menghancurkan negara mereka sendiri. Ia menegaskan bahwa Rusia tidak akan ragu menggunakan senjata nuklir dalam konflik tersebut.

Hal ini akan dilakukan jika keamanan rakyatnya dan integritas teritorialnya terancam. "Argumen bahwa kekuatan nuklir sebelumnya tidak menggunakan senjata pemusnah massal dalam konflik lokal tidak dapat dipertahankan. Karena negara-negara ini tidak menghadapi situasi di mana ada ancaman terhadap keamanan warganya dan keutuhan wilayah negara,” katanya.

Sekitar 50 menteri pertahanan dan pejabat senior dari negara-negara Barat pada Jumat pekan lalu, menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman. Sekutu Kiev menjanjikan dukungan militer lebih lanjut ke negara yang diperangi, tetapi gagal mengatasi perpecahan dalam pengiriman tank tempur.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement