Rabu 25 Jan 2023 14:12 WIB

Kepuasan Kinerja Presiden Naik, Erick: Realisasi Investasi Lampaui Target

Investasi merupakan salah satu yang terus didorong Presiden Joko Widodo

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Sejalan dengan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo di awal tahun 2023 tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini menerima investor potensial New South Wales, Australia. (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sejalan dengan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo di awal tahun 2023 tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini menerima investor potensial New South Wales, Australia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo terus meningkat, sebesar tiga persen setiap bulannya sejak September 2022. LSI menangkap bahwa penilaian publik itu tidak terlepas dari persepsi publik yang konsisten semakin positif terhadap kondisi ekonomi nasional di Indonesia.

Sejalan dengan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo di awal tahun 2023 tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini menerima investor potensial New South Wales, Australia. Para investor tersebut tertarik pada beberapa sektor, antara lain, renewable energy, EV ecosystem, hingga food dan agriculture.

Baca Juga

Erick membagi momentum kedatangan para investor tersebut pada sebuah unggahan di Instagram pada akhir pekan lalu. Dan pada 22 Januari 2023, Erick menjelaskan dengan detail tentang perkembangan investasi yang masuk ke dalam sistem ekonomi nasional.

Erick menyebutkan, investasi merupakan, investasi merupakan salah satu yang terus didorong Presiden Joko Widodo (Widodo). Erick menginformasikan bahwa Indonesia juga berhasil mencapai target investasi yang ditetapkan sebesar Rp 1.200 triliun. Investasi yang berhasil dengan baik tersebut merupakan bagian dari stabilisasi perekonomian Indonesia.

 

“Memang, suka tidak suka, (sumber) kekuatan ekonomi Indonesia adalah domestic consumption, (yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi) lebih dari 50 persen atau sekitar Rp 2.560 triliun,” ujar Erick.

Dia pun menambahkan, realisasi juga semakin menarik. Pada awalnya, realisasi investasi masih di dominasi di Jawa, sekarang sudah 53 persen di luar Jawa.

“Ini yang harus mulai dipikirkan bagaimana Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri seimbang. Pengusaha nasional dan UMKM harus menjadi bagian dari invetsasi juga, jangan hanya asing saja,” lanjut pria kelahiran Jakarta tersebut.

Sebagai catatan, investasi yang tengah diperkuat untuk masuk adalah penanaman modal untuk mendukung proyek-proyek strategis nasional (PSN) pada hilirisasi industri. Hal ini salah satunya muncul pada investai untuk Proyek gasifikasi batu bara yang dilakukan beberapa BUMN. BUMN yang terlibat adalah PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan Air Products & Chemicals Inc. (APCI).

Proyek tersebut dapat mengurangi subsidi gas alam cair (LPG) sebesar Rp 7 triliun per tahun dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Hilirisasi dengan gasifikasi batubara dapat mengurangi impor LPG. Langkah ini juga akan memperkuat BUMN untuk bertransformasi dan siap menghadapi pasar global.

PSN selama 20 tahun telah mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar 2,1 miliar dolar AS atau setara Rp 30 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun.

PSN gasifikasi baru bara juga memberikan multiplier effect berupa masuknya investasi asing lainnya, memberdayakan industri nasional melalui penggunaan porsi TKDN, hingga penyerapan tenaga kerja lokal. Kerja sama gasifikasi batu bara mampu memberikan penghematan cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan menyerap 10 ribu tenaga kerja.

"Data-data ekonomi kita akan tumbuh terus, kita harus mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang baru. Apalagi tantangan ke depan adalah, dengan jumlah penduduk yang banyak, dan komposisinya 55 persen berusia di bawah 35 tahun, maka itu berarti  penciptaan pekerjaan-pekerjaan (harus terus didorong),” kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement