Rabu 01 Feb 2023 20:08 WIB

Pertemuan OKI Desak Otoritas Negara Tegas Sikapi Provokasi Ekstremis Sayap Kanan

OKI menilai penodaan Alquran sangat mencederai norma kerukunan bersama

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Pengunjuk rasa Muslim memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan selama unjuk rasa anti-Swedia di luar kedutaan Swedia di Jakarta, Indonesia, 30 Januari 2023. Ratusan pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa menentang pembakaran Alquran di Swedia oleh Pemimpin politik sayap kanan Denmark pihak Stram Kurs (Garis Keras), Rasmus Paludan, menuntut agar pemerintah Swedia mengambil tindakan.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Pengunjuk rasa Muslim memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan selama unjuk rasa anti-Swedia di luar kedutaan Swedia di Jakarta, Indonesia, 30 Januari 2023. Ratusan pengunjuk rasa melakukan unjuk rasa menentang pembakaran Alquran di Swedia oleh Pemimpin politik sayap kanan Denmark pihak Stram Kurs (Garis Keras), Rasmus Paludan, menuntut agar pemerintah Swedia mengambil tindakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengadakan Pertemuan Luar Biasa terbuka Komite Eksekutif OKI, Selasa (31/1/2023). Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan sikap bersama organisasi tersebut terhadap penodaan Alquran yang terjadi baru-baru ini di Swedia, Belanda dan Denmark. 

Bertempat di markas OKI di Jeddah, pertemuan tersebut juga membahas kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan OKI terhadap para pelaku serangan Islamofobia yang keji tersebut.

Baca Juga

Dilansir di Nation, Rabu (1/2/2023), dalam pertemuan tersebut Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha menegaskan kembali kekecewaannya atas tindakan provokatif yang dilakukan aktivis sayap kanan. 

Lebih lanjut, dia menekankan tindakan tersebut adalah salah satu contoh tindakan kriminal yang dilakukan dengan niat utama menargetkan umat Islam, menghina agama, serta simbol dan nilai-nilai suci mereka. 

Dia mengatakan pemerintah terkait harus mengambil tindakan balasan yang tegas, terutama karena provokasi semacam itu telah dilakukan berulang kali oleh ekstrimis sayap kanan di negara mereka. 

Terakhir, Taha juga menyebut tindakan sengaja menodai Alquran dan menghina Nabi Muhammad SAW tidak boleh dilihat hanya sebagai insiden Islamofobia biasa. 

Atas aksi penodaan Alquran ini, komunitas Muslim Inggris berkumpul di luar Kedutaan Besar Swedia di London, akhir pekan kemarin. Mereka memprotes aksi provokatif pembakaran Alquran yang dilakukan oleh seorang tokoh sayap kanan Swedia-Denmark. 

Para pengunjuk rasa yang berkumpul memegang tanda dan papan, yang berisi kutukan terhadap tindakan ekstremis Islamofobia dan meneriakkan slogan-slogan serupa. 

Puluhan orang dari berbagai komunitas di Birmingham, Manchester dan London juga disebut melakukan sholat dan membacakan ayat-ayat Alquran, kitab suci umat Islam, di area tersebut. 

Sebelumnya dilaporkan politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan, pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan, membakar salinan Alquran di depan sebuah masjid di Denmark, Jumat (27/1/2023). 

Tindakan Islamofobia ini terjadi beberapa hari, setelah pemimpin sayap kanan itu membakar salinan Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di ibu kota Swedia, Stockholm, selama protes yang disetujui polisi. 

Tidak berhenti di situ, dia juga telah mengumumkan akan terus membakar kitab suci umat Islam setiap Jumat, hingga Swedia masuk dalam aliansi NATO. 

 

Sumber: nation

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement