IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Proyek real estate dan infrastruktur senilai lebih dari 1 triliun dolar AS di Saudi tengah dalam pengembangan atau dalam proses pengejaan. Menurut pakar industri, proyek ini mencakul 315 ribu kamar hotel.
Jumlah kunci kamar hotel kemungkinan hampir dua kali lipat, menjadi sekitar 200.000 dalam empat hingga lima tahun ke depan. Setidaknya 50 persen dari pasokan yang diusulkan akan beroperasi pada 2028, dengan beberapa properti yang ada keluar dari pasar untuk membuka jalan bagi hotel baru dan resor.
"Salah satu strategi Saudi adalah menarik 100 juta pengunjung pada 2030. Itu berarti menciptakan dan menghadirkan gerbang dan pengembangan kelas satu, seperti NEOM senilai 500 miliar dolar AS," ujar kepala pariwisata dan perhotelan Knight Frank, Turab Saleem, dikutip di Arab News, Selasa (2/5/2023).
Proyek senilai 1 triliun dolar AS yang sedang berlangsung disebut hanya mewakili sepertiga dari total rencana pengeluaran. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat rencana agresif negara dalam memberikan infrastruktur, perhotelan, pariwisata dan fasilitas perumahan kelas dunia, guna memenuhi target yang ditetapkan dalam Visi 2030.
Ia juga menyebut prospek investasi perhotelan di Kerajaan terlihat menjanjikan. Pengembangan hotel dan pariwisata tidak hanya terfokus pada kota-kota besar Riyadh dan Jeddah, tetapi juga menybar dengan cepat ke bagian lain negara itu.
"Analisis kami menunjukkan bahwa hadirnya semua kamar hotel yang direncanakan, mencakup sektor apartemen mewah, pasar menengah dan apartemen berlayanan, akan menelan biaya sekitar 110 miliar dolar," lanjut dia.
HVS, selaku konsultan global terkemuka yang berfokus pada sektor perhotelan, juga menggemakan pandangan serupa. Mereka menyebut pemerintah Saudi terus membuat langkah signifikan dalam memfasilitasi pertumbuhan berbagai sektor di seluruh negeri, dengan investasi penting di ruang perhotelan dan pariwisata.
“Lonjakan pariwisata dan kedatangan ke KSA selama 18 bulan terakhir saja, yang sebagian besar hasil dari perubahan undang-undang dan fasilitasi visa, merupakan bukti daya pikat yang berkembang. Menariknya, peningkatan ini tidak terbatas pada destinasi dan sektor yang sudah mapan, seperti pariwisata komersial dan religi. ujar Presiden HVS di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan, Hala Matar Choufany.
'Kesenangan' dan pariwisata rekreasi disebut sama-sama meningkat. Kota-kota sekunder juga mulai menyambut pengunjung baru yang datang dari jauh dan sektor yang lebih luas.
Mengingat negara terus mendiversifikasi penawarannya, prospek ini disebut terlihat positif. Meskipun saat ini masih awal dalam hal perencanaan dan investasi masa depan, tetapi pasar perhotelan dan peluang investasi disebut sangat signifikan.
Riset data Knight Frank di hotel-hotel Kerajaan, di luar proyek giga, menunjukkan saat ini terdapat 129.000 kunci hotel dan apartemen berlayanan di negara tersebut. Pada 2030, angka tersebut akan meningkat lebih dari 60 persen menjadi 212.000 kunci di sektor bintang 5, bintang 4, bintang 3 ke bawah, serta apartemen berlayanan, dengan properti bintang 4 menyumbang hampir setengah dari total biaya pengembangan sebesar 21,3 miliar dolar AS.
Sementara itu, proyek giga Kerajaan mewakili hampir 73 persen dari pipa pasokan hotel, dengan lonjakan 62 persen dalam jumlah kamar hotel bintang 4 dan 5 pada akhir dekade ini.
Perluasan pariwisata Arab Saudi juga tidak terbatas pada tujuan dan atraksi berbasis darat. Industri pelayaran, yang akan menciptakan hingga 50.000 pekerjaan di negara itu, diperkirakan akan mendatangkan 1,5 juta pengunjung setiap tahun dalam lima tahun ke depan, menurut Dana Investasi Publik.
“Tugas yang sangat besar, 110 miliar dolar AS untuk mengubah lanskap perhotelan Arab Saudi jauh melampaui penyediaan kunci kamar hotel tambahan. Perhatian dan pemeliharaan harus dicurahkan, untuk meluncurkan jumlah produk yang tepat di lokasi yang tepat,” ujar Turab Saleem.
Di sisi lain, HVS menyebut pihaknya mengantisipasi bahwa waralaba dan perjanjian sewa akan menjadi tren baru di pasar perhotelan Saudi.