IHRAM.CO.ID, BEKASI -- Sultan Bojong Koneng begitu gelar yang disematkan warga kepada Agus Suleha, seorang pengusaha kaya raya dari kampung Bojong Koneng, Bekasi yang sedang viral. Bukan saja karena punya harta berlimpah, warga menyebutnya the real Sultan karena dia sosok yang memiliki kedermawanan yang tinggi. Tak hanya senang berbagi rezeki, Agus Suleha juga memberangkatkan ratusan warga dari dua Rukun Tetangga (RT) untuk pergi umroh.
Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa Agus telah memberangkatkan ratusan warga umroh ke tanah suci sejak 2019. Sekitar 500 warga telah ia berangkatkan umroh. Tahun ini, Agus bakal memberangkatkan lagi sebanyak 113 orang pergi umroh. Ia memiliki target bisa memberangkatkan umroh seribu orang. Subhanallah.
Apa yang dilakukan Agus Suleha mengingatkan kita pada aksi kedermawanan para raja dan sultan pada masa lalu yang juga senang membiayai orang-orang menunaikan ibadah ke tanah suci. Mereka tak segan untuk mengeluarkan banyak harta agar para ulama, pasukan dan rakyatnya bisa menyempurnakan rukun Islam yang kelima yakni berhaji ke Tanah Suci.
Khalifah Harun Al Rasyid adalah salah satunya. Khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah itu tak hanya dikenal sebagai pemimpin yang taat dan rajin ibadah. Ia juga gemar bersedekah. Saban harinya tak kurang dari seribu dirham ia keluarkan bagi warganya terutama kalangan fuqara wal masakin. Lebih dari itu, ia juga membiayai perjalanan umroh dan haji para ulama dan rakyatnya.
Dalam buku Meneladani Kepemimpinan Khalifah yang ditulis oleh Abdullah Munir El Basyiry dan diterbitkan ole Amzah disebutkan bahwa dua kali dalam setahun, khalifah Harun Al Rasyid menunaikan ibadah haji dan umroh dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Dalam menjalankan haji dan umroh, ia mengajak serta para ulama setempat. Bila Harun Al Rasyid tak berkesempatan menunaikan haji, ia akan memberangkatkan sebanyak 300 orang untuk menunaikan haji dengan biaya penuh darinya.
Begitu juga para sultan Dinasti Mamluk abad ke-14 yang juga punya kebiasaan memberangkatkan haji dan umroh warga dan pasukan-pasukannya. Dalam buku Jejak Ibnu Battuta yang ditulis oleh Ross E Dunn dijelaskan bahwa pada pertengahan ke-14, saban tahun orang-orang Kaherah atau Kairo, Mesir secara berombongan akan melakukan perjalanan ke tanah suci melalui jalur Utara dan Selatan. Para sultan dari Dinasti Mamluk turut membiayai perjalanan tahunan rombongan yang akan melakukan ibadah Tanah Suci. Bahkan keberangkatan rombongan peziarah itu dihantarkan oleh para pasukan.
Raja-raja Nusantara juga tak kalah dermawan dalam hal membiayai perjalanan ibadah haji rakyatnya. Dituliskan oleh Moeflich Hasbullah dalam buku Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara bahwa pada 1630, dua kerajaan Islam yakni Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram mengirim pasukan-pasukan khusus ke Makkah ke tanah suci memperoleh gelar haji.
Yang lebih fenomenal lagi adalah kisah Raja Karangasem Bali yakni Anak Agung Anglurah Gede Ngurah Karangasem. Meski memeluk agama Hindu, Raja Karangasem begitu memperhatikan orang-orang Muslim termasuk ketika akan menunaikan ibadah haji. Ia membantu pembiayaan orang-orang Sasak yang akan naik haji ke Makkah. Bahkan untuk mempermudah jamaah selama di tanah suci, sebagaimana ditulis Henri Chambert Loir dalam buku Naik Haji di Masa Silam tahun 1482-1890, raja Karangasem membangun rumah di Makkah sebagai tempat bagi rakyatnya yang naik haji. Bahkan sepulangnya dari haji, raja mengangkat mereka menjadi penghulu agama dengan imbalan tanah.