Oleh : Fuji E Permana. reporter Republika.co.id dari Makkah Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, MAKKAH – Jamaah haji Indonesia berangsur-angsur berangkat dari Madinah menuju Makkah. Di Makkah, jamaah haji Indonesia akan melaksanakan umroh wajib sebagai rangkaian dari ibadah haji.
Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, KH Zulkarnain Nasution mengatakan, saat jamaah haji melakukan umroh wajib, mereka akan melakukan tawaf yakni mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali.
Berkaitan dengan ibadah tawaf, jamaah haji dianjurkan agar tidak melakukan hal-hal yang di luar tuntunan bimbingan manasik.
"Contohnya (jamaah haji) tidak boleh syirik dalam haji, itu terjadi ketika tawaf misalnya jamaah mencium dinding-dinding Kabah dan itu membahayakan jamaah kita padahal tidak dianjurkan itu," kata Kiai Zulkarnain di Makkah, Rabu (7/6/2023).
Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Makkah ini mengingatkan jamaah haji bahwa yang dianjurkan adalah mencium Hajar Aswad. Hal ini pun ditegaskan oleh Umar bin Khattab yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan mencium batu Hajar Aswad jika Rasulullah SAW tidak menciumnya.
"Jadi artinya mencium Hajar Aswad pun karena melihat Rasulullah SAW menciumnya, tapi (jamaah haji) tidak boleh memaksakan (mencium Hajar Aswad) karena itu kita imbau jamaah haji kita untuk tidak mengikuti tingkah konyol ibadah yang dilakukan oleh jamaah haji lainnya," ujar Kiai Zulkarnain.
Ia menyampaikan, pihaknya ingin memastikan tidak ada jamaah haji Indonesia yang melenceng dari tuntunan manasik haji.
Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan
Untuk diketahui, tawaf artinya mengitari atau mengelilingi. Secara istilah tawaf berarti mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad.
Dilansir dari buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang diterbitkan Kementerian Agama, 2020.
Dijelaskan bahwa tawaf dimulai dengan mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar. Kalimat takbir menandakan bahwa dalam memulai aktivitas apapun, setiap manusia harus punya kesadaran dalam dirinya bahwa hanya Allah Yang Mahabesar. Manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT.
Kesadaran mendalam ini harus tertanam dalam sanubari, sehingga tidak ada kesombongan dan kezaliman dalam menjalani proses kehidupan.
Setiap orang yang sedang tawaf diharapkan tidak hanya mengelilingi Ka’bah secara fisik, tapi hatinya juga selalu ingat pada Allah dan menghayati apa yang dia baca.