IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Bayianmah nenek berusia 95 tahun sedang tertawa bersama petugas haji layanan lansia di lorong hotel Al Kiswah Towers Hotel di Makkah. Tawa nenek riang, terpancar nuansa ceria meski giginya sudah hilang dimakan usia.
Nenek Bayianmah menjadi penyemangat bagi jamaah haji lain di dalam rombongannya. Banyak jamaah haji yang bersaksi bahwa nenek seorang periang dan jadi bahan bakar semangat bagi jamaah haji lain yang merasa kelelahan.
Nenek berusia 95 tahun ini tidak mengeluh meski rangkaian ibadah haji sangat melelahkan, hal ini yang membuat jamaah haji lain tidak jadi mengeluh. Nenek Bayianmah selalu menegaskan tujuannya datang ke Makkah untuk ibadah, jadi siap dan rela menjalani semua proses rangkaian ibadah haji.
Nenek Bayianmah tidak ingat tahun berapa ia lahir, tapi ia masih ingat saat masih kecil pernah dipaksa belajar baris-berbaris oleh tentara Jepang yang menjajah bangsa Indonesia.
"Zaman dulu kalau lahir tidak dicatat tahun lahirnya jadi tidak tahu lahir tahun berapa, kalau umur kalau tidak salah 95 tahun," kata nenek Bayianmah menggunakan bahasa Sunda khas Banten, Sabtu (17/6/2023),
Saat ditanya tentang penjajahan bangsa Indonesia oleh Belanda dan Jepang, nenek asal Kabupaten Pandeglang di Provinsi Banten ini mengaku sudah duduk di bangku sekolah dasar saat zaman Jepang.
Nenek Bayianmah yang sudah punya 18 cucu dan tiga cicit mengaku bahagia bisa tiba di Makkah dan melihat Kabah. Setelah 12 tahun penantian akhirnya mendapat panggilan dari Allah ke Tanah Suci.
Ia juga mengaku mampu melaksanakan tawaf dan sai tanpa bantuan kursi roda. "Saya maunya sendiri, datang ke sini untuk ibadah, saya kuat jalan kaki," ujar nenek Bayianmah.
Hanif, petugas haji layanan lansia yang sedang menemani nenek Bayianmah menyampaikan bahwa Bayianmah tidak mau menggunakan kursi roda, dia mau tawaf dan sai dengan berjalan sendiri. Meski demikian, teman-temen jamaah haji lainnya tetap menjaga dan mendampingi nenek Bayianmah sambil membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.
"Langkah kaki nenek bisa mengimbangi jamaah haji yang lain, jadi tidak tertinggal banget langkah kakinya," kata Hanif penuh kekaguman.
Saat ditanya apa rahasia nenek Bayianmah di usia 95 tahun masih mampu tawaf dan sai sendiri tanpa bantuan kursi roda, nenek Bayianmah tertawa dengan tawa khas nenek-nenek yang sudah melintasi zaman. Kemudian ia mengatakan bahwa rahasia sehatnya karena Allah SWT memberikan kesehatan kepadanya.
"Allah memberi kesehatan, ceria terus," ujar nenek Bayianmah sambil tertawa kemudian tersipu malu khas nenek-nenek yang sesekali muncul jiwa kekanak-kanakannya.
Nenek Bayianmah menyampaikan memang sudah terbiasa berjalan kaki sejak masih muda. Zaman dulu bepergian ke mana-mana berjalan kaki. Pekerjaan nenek sewaktu muda juga bertani di sawah sehingga terbiasa dengan pekerjaan fisik yang berat.
"Dulu bertani, ngoyos, tandur di sawah," ujar nenek Bayianmah.
Terkait biaya ibadah haji, nenek Bayianmah mengaku anak-anaknya bertani, punya sapi, dan penggilingan padi. Hasil dari itu semua dikumpulkan untuk biaya ibadah haji.
Nenek Bayianmah punya delapan anak, empat di antaranya telah meninggal dunia. Kini nenek Bayianmah telah punya 18 cucu dan tiga cicit.
Nenek Bayianmah juga mengaku sudah empat kali menikah, saat ditanya apakah nenek dulunya adalah kembang desa (wanita paling cantik dan populer di desa), nenek Bayianmah tertawa dan tersipu malu.
"Ahhh he he he," kata nenek Bayianmah merasa malu, sambil memukul petugas haji layanan lansia yang ada disampingnya, nenek nampak ceria dan sesekali muncul jiwa kekanak-kanakannya.