IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia selama fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) akan mendapatkan sejumlah makanan siap saji. Di antara mangut lele, rendang ayam, rendang daging, semur, dan gulai ikan. Selain itu, ada juga sajian bubur kacang hijau, kacang merah, dan ketan hitam.
Sajian menu Nusantara yang akan dihidangkan kepada jamaah haji Indonesia saat puncak haji itu disiapkan oleh Masyariq atau Muassasah. Untuk memastikan cita rasa dan kualitas makanannya, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi melakukan uji rasa makanannya (mealtest).
"Kita barusan melakukan mealtest dengan pihak Masyariq untuk layanan konsumsi jamaah haji selama di Masyair, di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Kita merasakan rasa makanan yang akan disajikan seperti apa," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU), Hilman Latief di Makkah, Senin (19/6/2023).
Hilman mengatakan, menu makanan yang diuji rasa adalah makanan siap saji. Jenis ini disiapkan agar lebih memudahkan saat pelayanan di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Rasa makanannya juga terjaga.
“Kita melihat ada nasi dan lauk pauk, ada rendang, ikan, mangut lele, dan lain sebagainya. Juga ada bubur kacang dan menu sarapan lainnya. Ini jenis makanan yang akan disajikan selama mereka di masyair," ujar Hilman.
Terkait proses pendistribusiannya, Hilman mengatakan bahwa akan dilakukan oleh tim masyariq. Menu lauk siap saji ini akan dipadu dengan nasi putih yang dikemas dalam kotak. Jamaah haji juga akan mendapatkan buah-buahan dan air mineral seperti yang mereka dapat saat di hotel.
Hilman menambahkan, menu masakan siap saji ini merupakan produk Indonesia. Pihak masyariq selaku mitra Kementerian Agama bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia dalam proses penyediaannya.
“Kita perlahan dan terus bersemangat menjalin komunikasi dengan mitra kami di Arab Saudi agar mereka mulai lebih banyak gunakan produk Indonesia. Ini masyarik bekerjasama dengan perusahaan di Indonesia untuk gunakan produk Indonesia. Kita sudah mendorong selain rasa, produknya juga dari Indonesia," jelas Hilman.
Ketua PPIH Arab Saudi, Subhan Cholid menambahkan, selama di Arafah, Muzdalifah dan Mina, jamaah haji Indonesia akan mendapatkan 15 kali makan. Ada dua jenis makanan yang diberikan, yaitu makanan siap saji dan makanan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina.
Menu makanan siap saji ini diberikan kepada jamaah pada waktu-waktu tertentu. Pertama, makan siang pada 8 Dzulhijah. Ini bersamaan dengan pergerakan jamaah dari Makkah menuju Arafah.
"Dengan menu ini, maka begitu jemaah datang, sudah langsung tersedia makanan,” ujar Subhan.
Subhan mengatakan, kedua, makan siang pada 9 Dzulhijjah atau saat wukuf. Ini dimaksudkan agar jamaah tidak disibukkan oleh antrian mendapatkan makanan.
“Dengan makanan siap saji, maka konsumsi jamaah bisa dibagikan lebih awal. Sehingga, jamaah bisa memanfaatkan waktu wukuf untuk beribadah,” jelas Subhan.
Ia menjelaskan, ketiga, makan malam pada 9 Dzulhijah, tepatnya pada saat jamaah akan mulai bergerak menuju Muzdalifah. Pada proses pergerakan seperti ini, dibutuhkan distribusi makanan yang praktis dan mudah disajikan.
Keempat, sarapan pagi pada 10 Dzulhijah, saat jamaah baru tiba di Mina. Ini juga dimaksudkan agar begitu jamaah tiba di Mina, sudah ada makanan. Kelima, makan siang pada saat jamaah akan meninggalkan Mina, baik pada 12 Dzulhijah untuk Nafar Awal maupun 13 Dzulhijah untuk Nafar Tsani.
“Di luar jam-jam itu, makanan di Armina akan disajikan secara reguler berupa masakan yang dimasak di dapur-dapur yang ada di Arafah dan Mina," kata Subhan.