IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu ritual yang dilakukan jamaah haji yakni bermalam di Muzdalifah. Terdapat keutamaan untuk para jamaah yang menjalankan ibadah ini.
Dikutip dari buku Keutamaan Negeri Al-Haram oleh Prof. DR. Mahmud Al-Dausary, berikut Keutamaan dari Muzdalifah:
1. Dari Bilal bin Rabah radhiyallahu anhu: bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepadanya pada pagi hari Muzdalifah:
“Wahai Bilal! Suruhlah orang-orang diam” atau “Suruhlah orang-orang tenang!” Kemudian beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah memberikan nikmat dan karunia kepada kalian pada hari pertemuan kalian ini, sehingga Ia (mengaruniakan balasan yang melebihi amalan kalian, yaitu dengan) menerima syafaat dan doa orang-orang yang berbuat kebaikan di antara kalian, dan mengampuni dosa orang yang berbuat dosa di antara kalian.” (HR. Ibnu Majah)
2. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: “Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdiri di Arafah saat matahari hampir terbenam. Maka beliau berkata: Wahai Bilal! Suruhlah orang-orang untuk diam mendengarkanku!” Bilal radhiyallahu anhu pun berdiri dan berkata: Diamlah untuk mendengarkan Rasulullah shallallahualahi wa sallam!‟ Lalu beliau pun bersabda: Wahai sekalian manusia! Jibril alaihissalam telah datang menemuiku tadi, kemudian ia menyampaikan salam Tuhanku kepadaku. Lalu ia berkata: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengampuni kepada orang-orang yang hadir di Arafah dan alMasyar (Muzdalifah), dan telah menjamin hak-hak di antara mereka.‟ Maka Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah! Apakah ini khusus untuk kami saja?‟ Rasulullah menjawab: Ini untuk kalian, dan untuk siapa saja yang datang setelah kalian hingga hari kiamat.‟ Umar bin al-Khattab pun berkata: Betapa banyak dan baiknya karunia Allah!‟ (HR. Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Tamhid (1/182), no. 405, dan al-Mundziry dalam al-Targhib wa al-Tarhib (2/131), no. 1796).
Kemiripan antara wukuf di Arafah dan bermalam (mabit) di Muzdalifah sangat jelas sekali; karena keduanya sama-sama menjadi momen berkumpulnya manusia pada waktu yang telah ditentukan. Di Arafah, orang-orang berkumpul di waktu siang hingga matahari terbenam, di mana mereka bersandar kepada Allah Ta\'ala.
Sementara di Muzdalifah, mereka berkumpul untuk bermalam di sana, beristirahat dari kelelahan dan keletihan di siang hari. Sebagaimana di Arafah juga dilakukan jamak-qashar antara shalat Zhuhur dan Ashar, lalu di Muzdalifah juga dilakukan jamak antara shalat Maghrib dan Isya, di mana shalat Isya juga diqashar. Mungkin kesamaan dan kemiripan inilah yang menyebabkan keduanya pahala yang sama.