IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Sebagaimana diketahui, Nabi Ibrahim Alaihissalam meninggalkan istri dan anaknya sementara waktu atas perintah Allah SWT. Maka, tinggallah Siti Hajar bersama dengan putranya Ismail Alaihissalam di kota Makkah yang masih gersang dan tandus pada waktu itu.
Mereka tidak memiliki bekal kecuali air yang hampir habis. Ketika air telah habis, mulailah Ismail yang masih kecil menangis.
Siti Hajar kemudian berdiri mencari seseorang yang berada di tempat tersebut, dari kejauhan Siti Hajar melihat sebuah bukit yang bernama bukit Safa. Siti Hajar selanjutnya naik ke bukit Safa untuk mencari air atau mencari seseorang yang melintas dan bisa membantunya.
Siti Hajar sampai di bukit Safa selanjutnya berjalan ke bukit Marwah sambil mencari sesuatu yang bisa menolongnya. Kemudian Siti Hajar kembali ke bukit Safa sampai tujuh kali. Inilah awal disyariatkannya sa’i dalam rangkaian ibadah haji antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Singkat cerita, Malaikat Jibril Alaihissalam memunculkan air di dekat Ismail Alaihissalam. Ketika Siti Hajar melihat air tersebut, maka mengumpulkannya dengan membuatnya seperti sumur.
Habib Husein Jafar Al Hadar menyampaikan salah satu hikmah dari kisah Siti Hajar yang berlari ke bukit Safa dan Marwah.
Habib Jafar mengatakan, dulu Siti Hajar bolak-balik dari bukit Safa ke Marwah geografisnya tidak seperti sekarang. Sekarang sai di bukit Safa dan Marwah di dalam ruangan dan ada AC-nya.
"(Sai di) bukit Safa dan Marwah ini mengajarkan bahwa doa dan usaha adalah satu kesatuan, kalau cuma berdoa tapi tidak berlari-lari mencari air percuma juga," kata Habib Jafar di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah saat bertemu dengan Media Center Haji (MCH) 2023, Jumat malam (23/6/2023).
Habib Jafar mengatakan, walau sudah berusaha tapi tanpa doa, mungkin bisa dapat air tapi bukan air zamzam yang mulia. Artinya bisa saja manusia bekerja dan dapat uang, meski tanpa berdoa.
Ia menambahkan, kalau bekerja tanpa berdoa hanya dapat uang, bukan dapat rezeki. Kalau uang meski banyak belum tentu membahagiakan, apalagi kalau uangnya sedikit, bisa lebih tidak membahagiakan.
"Tapi rezeki sebaliknya, sedikit saja membahagiakan apalagi banyak," ujar Habib Jafar dengan gayanya yang santai, santun dan humoris.
Habib Jafar menambahkan, Siti Hajar dan anaknya Ismail ditinggalkan Nabi Ibrahim di Makkah. Siti Hajar simbol kemandirian perempuan ditinggal suaminya.
Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil tetap berjuang dengan penuh cinta untuk menuruti perintah suaminya yang berasal dari Allah SWT. Habib Jafar mengatakan, Siti Hajar juga berjuang memenuhi kebutuhan anaknya yang kehausan.
"Itu kesadaran gender keren sekali," ujarnya.