IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji 1444 H/2023 M, Tim Amirul Hajj mengimbau jamaah untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh batuk pilek. Jika sudah ada gejala, jamaah sebaiknya segera memeriksakan diri ke klinik kesehatan.
Hal itu disampaikan anggota Amirul Hajj, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, saat meninjau Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah, beberapa waktu lalu.
"Jamaah haji hati-hati dengan penyakit batuk pilek ya, jangan menganggap itu sepele didiemin saja. Lebih baik ke klinik di kloternya masing-masing. Itukan ada pusat kesehatannya, langsung ke sana minta obat," ucap dia dalam keterangan yang didapat Republika, Ahad (25/6/2023).
Jamaah haji yang menderita penyakit batuk pilek juga disarankan memakai masker. Tujuannya, agar tidak menularkan penyakit ke jamaah lainnya.
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini juga mengajak jamaah haji untuk fokus pada rukun dan wajib haji.
"Jangan berlebih-lebihan karena ini lagi di Tanah Suci kita maksimalkan, jangan seperti itu. Tapi kepentingannya adalah menyelesaikan rukun haji dan wajib haji dengan sempurna supaya kita tetap sehat," ujar dia.
Dalam kunjungannya ke KKHI, Tim Amirul Hajj mengaku senang dan mengapresiasi pelayanan kesehatan berjalan dengan baik. Tim ini telah melihat beberapa fasilitas yang ada dan bertemu pasien.
"Kita senang dan mengapresiasi klinik berjalan dengan baik. Yang paling menyenangkan itu melihat banyak yang kosong. Itu kalau ada tempat tidur kosong artinya tidak dibutuhkan. Artinya, kesehatan jamaah cukup baik," lanjut Alissa.
Ia juga menekankan pentingnya upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, karena jamaah haji Indonesia pada tahun ini sebagian di antaranya sudah lanjut usia (lansia) dengan dengan risiko tinggi (risti) masalah kesehatan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Arianti Anaya menyambut baik kedatangan Tim Amirul Hajj ke KKHI Makkah.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Tim Amirul Hajj. Kunjungan ini memberikan semangat kepada kami sebagai tenaga kesehatan yang ditugaskan mengawal jamaah haji," kata dia.
Arianti mengaku, ada beberapa masalah yang dihadapi layanan kesehatan. Itu karena pada tahun ini jumlah jamaah cukup besar dengan usia yang tidak dibatasi, ditambah cuaca panas hingga mencapai 40 derajat celcius.
"Problem yang kami hadapi ini lansia cukup tinggi, tidak ada pendamping. Ini membuat kami kesulitan untuk berkomunikasi. Mereka juga tidak tahu obatnya apa, dasar penyakitnya apa. Ini pula yang menyebabkan cukup tinggi kasus kematian dari jemaah haji," ucap Arianti.
Arianti menyebut banyak jamaah haji yang terserang penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Meski demikian, hal itu dapat diselesaikan di klinik kesehatan yang ada di kloter.
Kasus yang ada di KKHI biasanya sudah masuk tahap pneumonia. Pihaknya juga menerima 300 pasien di RSAS, yang umumnya menderita penyakit jantung.
Terkait ketersediaan obat-obatan, Arianti mengakui ada beberapa obat yang sampai kehabisan. Pihaknya tidak menyangka terjadi kasus cukup besar, terutama batuk, pilek, dan juga demensia. Karena itu, ada penambahan obat-obatan saat datang ke Makkah.
Tidak hanya obat-obatan, pihaknya juga menyiapkan dokter-dokter spesialis jantung dan paru untuk melayani jemaah haji. Arianti berharap, ke depan jamaah yang diberangkatkan telah memenuhi persyaratan.
"Ini menjadi evaluasi kita bersama ke depannya, untuk bisa memberangkatkan jamaah haji yang sudah memenuhi persyaratan, karena kami menemui jamaah baru datang sudah sakit," ucap dia.