IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Melempar jumrah di Mina dilakukan jamaah haji pada hari ke-10. Lantas bolehkah jamaah haji melontar jumrah dengan cara diwakilkan?
Dalam buku Tuntunan Manasik Haji terbitan Kementerian Agama dijelaskan, orang yang uzur syar'i disebabkan sakit atau hal-hal lain boleh mewakilkan kewajibannya melontar jumrah kepada orang lain dengan salah satu cara sebagai berikut:
Pertama, orang yang mewakilkan orang lain melempar jumrah sudah terlebih dahulu sudah melontar untuk dirinya sendiri. Masing-masing tujuh kali lontaran, mulai dari lemparan sughra, wustha, dan kubra.
Kemudian ia kembali melontar untuk yang diwakilkannya mulai dari sughra, wustha, dan kubra.
Kedua, orang yang mewakilkan orang lain melempar jumrah ula terlebih dahulu untuk dirinya sendiri sampai sempurna masing-masing tujuh kali lontaran.
Kemudian dia mewakili tujuh kali lontaran untuk yang diwakili, tanpa terlebih dahulu menyelesaikan jumrah wustha dan kubra.
Demikian seterusnya tindakan yang sama dilakukan di jumrah wustha dan jumrah kubra.
Profil Mina
Mina terletak di arah Timur Masjidil Haram, jaraknya kira-kira 7 kilometer. Apabila ditempuh tanpa melalui terowongan, jaraknya 4 kilometer.
Mina adalah tempat berkemah dan bermalam. Malam ke-10 hingga 12, disebut gelombang pertama (nafar awal). Apabila ingin melanjutkan sampai satu malam lagi, yakni malam ke-13 disebut gelombang kedua (nafar tsani). Keduanya diperbolehkan untuk dipilih.
Di Mina terdapat tiga jumrah: jumrah qubra (besar), jumrah wustha (tengah), jumrah sughra (kecil). Melontar jumrah pada hari ke-10 adalah jumrah Aqabah sebanyak tujuh lontaran.
Hari berikutnya melontar ketiga-tiganya dimulai dari sughra, wustha, dan aqabah. Jarak antara jumrah aqabah dengan jumrah wustha adalah 240 meter antara wustha dengan sughra adalah 148 meter.