IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Haji secara bahasa berarti al-qashd, artinya sengaja atau sadar. Ada juga yang mengatakan haji adalah al-‘aud; artinya kembali dan at-tikrar atau berulang kali.
Dalam buku Tuntunan Manasik Haji terbitan Kementerian Agama dijelaskan, dari pemahaman makna haji itulah bisa dipahami tentang pelajaran penting dari ibadah haji. Yakni mengajak manusia untuk selalu sadar bahwa ia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Kesadaran ini harus terus ada dalam sanubari seorang manusia agar ia berhasil menggapai kebahagiaan hakiki. Haji juga mengajarkan manusia tentang
kesadaran terus-menerus untuk kembali kepada Allah. Mengapa kesadaran kembali ini perlu terus
digelorakan? Sebab kehidupan dunia itu melenakan dan menggiurkan.
Manusia bisa lupa bahwa ia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Haji mengajak semua umat manusia agar ingat tentang kesadaran inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, yang bermakna sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Kesadaran tentang hal di atas akan mengantarkan manusia kepada kesucian hakiki. Karena itu, orang yang berhaji secara serius dan total akan kembali layaknya bayi yang baru lahir dari rahim ibunya sebab ia sadar betul akan status kehambaannya di hadapan Allah.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. Abi Hurairah RA berkata, "Saya mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Barang siapa yang melaksanakan haji karena Allah dengan tidak berbuat rafas (kata-kata kotor) dan tidak berbuat fusuq (durhaka), dia kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya (tanpa dosa)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesucian fitrah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas akan mengantarkan seseorang kepada kenikmatan surga. Hal ini sesuai dengan hadits, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, "Haji yang mabrur tiada imbalan yang setara kecuali surga." (HR. Muttafaq ’Alaih).