IHRAM.CO.ID, TAIF – Pada bulan Syawal terdapat peristiwa penting yang menjadi saksi terhadap perang Uhud. Perang Uhud terjadi pada tanggal 15 Syawal tahun ke-3 Hijriyah dan bertepatan tahun ke-3 hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.
Perang Uhud merupakan aksi balas dendam kaum kafir setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar. Pada saat itu, kaum kafir Qurasy membawa sekitar 3.000 pasukan. Kaum Muslimin hanya memiliki kekuatan sebanyak 1.000 pasukan, secara jumlah kaum muslim kalah jauh dibandingkan jumlah pasukan kaum kafir Quraisy.
Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad SAW sempat unggul dalam perang tersebut. Karena pasukan Muslimin memiliki pemanah jitu yang sangat disiplin dengan perintah Nabi Muhammad SAW. Tetapi, mereka sangat cepat puas dan merasa sudah menang, akhirnya mereka turun dari atas bukit untuk mengambil harta rampasan perang dan mengabaikan perintah Nabi Muhammad SAW.
Hal tersebut menjadikan mereka sasaran empuk pasukan kaum kafir dan menyerang mereka darai belakang. Akhirnya, banyak dari pasukan muslim yang melarikan diri dan kabur dari pertempuran sehingga Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya ditinggalkan oleh pasukannya. Akibat hawa nafsu, menjadikan pasukan muslim kalah dalam perang Uhud.
Dalam perang tersebut banyak pasukan dan sahabat Nabi yang menjadi korban meninggal dunia. Salah satu korbannya yaitu paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib. Pada akhirnya, Allah SWT menurunkan ayat untuk menenangkan kaum Muslimin yang emosi akibat kalah dalam perang.
Allah SWT menurunkan surat Ali Imran ayat 159, Allah SWT berfirman,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Arab Latin : Fabimā raḥmatim minallāhi linta lahum, wa lau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍū min ḥaulik(a), fa‘fu ‘anhum wastagfir lahum wa syāwirhum fil-amr(i), fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh(i), innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn(a).
Artinya : “Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”