Senin 14 Sep 2020 16:18 WIB

Sidang Perdana Parlemen India Soroti Covid-19 dan Konflik

India berkonflik di wilayah perbatasan dengan China

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bendera India (Ilustrasi).
Foto: IST
Bendera India (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Parlemen India kembali memulai sidang pada Senin (14/9) setelah lima bulan resesi. Sidang pertama parlemen India menyoroti tentang penanganan pemerintah terhadap pandemi virus corona, turunnya pertumbuhan ekonomi, dan ketegangan dengan China di perbatasan. 

Sidang parlemen berlangsung dengan tetap menjalani protokol kesehatan. Seluruh anggota parlemen wajib mengenakan masker dan tempat duduk mereka ditata sedemikian rupa, sehingga menjaga jarak satu sama lain. Sidang parlemen kali ini menjadi tantangan bagi Perdana Menteri Narendra Modi dan pemerintahannya.

Baca Juga

"Sidang parlemen dimulai pada waktu yang istimewa. Ada corona dan juga ada tanggung jawab," ujar Modi.

Dalam sidang parlemen, pemerintahan Modi diminta untuk menggerakkan lagi perekonomian yang mulai turun hampir 24 persen pada kuartal terakhir, termasuk mengurangi pengangguran. Pemerintahan Modi juga dituntut untuk menghentikan laju pertambahan kasus virus corona yang semakin melonjak. 

India mencatat lonjakan kasus virus korona lebih dari 92.000 pada Senin. Hal itu membuat total kasus secara nasional menjadi 4,8 juta dengan lebih dari 79.700 kematian. Modi mengatakan, pemerintahannya tidak akan berhenti melawan pandemi virus hingga vaksin berhasil dikembangkan. 

Namun, sebagian besar anggota parlemen oposisi khawatir, pemerintahan Modi tidak dapat mengendalikan kasus virus corona yang terus meningkat. Pemimpin oposisi Partai Kongres, Rahul Gandhi menuding pemerintah telah menerapkan lockdown tanpa rencana yang matang. 

"Penguncian yang tidak direncanakan adalah hadiah dari ego satu orang, yang menyebabkan penyebaran virus corona di seluruh negeri," ujar Gandhi dalam cicitannya di Twitter.

Pandemi virus corona telah menyebabkan jutaan warga India kehilangan pekerjaan. Selain itu, puluhan pekerja migran pulang ke kampung halamannya dengan berjalan kaki, karena mereka kehabisan uang ketika pemerintahan Modi memerintahkan lockdown nasional pada 24 Maret. Migrasi tersebut telah menyebabkan penyebaran virus semakin meluas ke desa-desa. 

"Orang-orang India harus menyelamatkan hidup mereka sendiri karena PM sibuk dengan urusannya sendiri," kata Gandhi.

Sementara itu, terkait dengan konflik di perbatasan Modi mengimbau semua partai politik untuk memiliki solidaritas bersama dengan militer dalam menjaga perbatasan India. Namun, partai oposisi menuntut lebih banyak kejelasan tentang tanggapan pemerintah dalam perselisihan dengan China. 

Ketegangan di wilayah Ladakh meningkat pada Juni yang menewaskan 20 tentara India. China dan India saling menuduh mengirim tentara ke wilayah perbatasan, dan melepaskan tembakan peringatan untuk pertama kalinya dalam 45 tahun. Hal itu mengancam konflik militer skala penuh. Para menteri luar negeri kedua negara telah sepakat untuk meredakan ketegangan di perbatasan. Namun, penyelesaian sengketa di perbatasan diperkirakan menjadi proses yang sangat panjang. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement