Rabu 16 Dec 2020 00:15 WIB

Somalia Putuskan Hubungan dengan Kenya

Kenya dituduh ikut campur dalam politik dalam negeri Somalia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Bandara Somalia.
Foto: Reuters/Feisal Omar
Bandara Somalia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Somalia memutus hubungan diplomatik dengan negara tetangganya Kenya. Mereka menuduh Kenya ikut campur dalam politik dalam negeri Somalia saat terjadi unjuk rasa dan penembakan di Ibukota Mogadishu.

Perselisihan ini dapat merusak kerja sama memerangi kelompok teroris Al Shabaab di Somalia. Kenya mengirimkan 3.600 tentara untuk pasukan Penjaga Perdamaian Uni Afrika.

Baca Juga

"Somalia memanggil pulang diplomat-diplomatnya dari Kenya dan meminta diplomat-diplomat Kenya untuk pergi dari Somalia dalam tujuh hari kedepan," kata Menteri Informasi Somalia Osman Dube pada kantor berita pemerintah, Selasa (15/12).

Dalam pernyataan yang dibacakan di Radio Mogadishu, Dube menambahkan Nairobi telah mengintervensi politik dalam negeri Somalia. Tapi ia tidak menjelaskannya lebih lanjut. "Ini jawaban dari pelanggaran politik yang terus dilakukan dan intervensi terbuka Kenya terhadap kemerdekaan Somalia," katanya.

Pemerintah Kenya belum segera merespons permintaan komentar mengenai hal ini. Bulan lalu Somalia mengusir duta besar Kenya dan memanggil duta besarnya sendiri setelah menuduh Nairobi mengintervensi pemilihan umum di Jubbaland, yang terletak di perbatasan dengan Kenya dan salah satu dari lima negara bagian semi-otonom Somalia.

Tahun lalu Kenya juga memulangkan duta besarnya setelah Mogadishu memutuskan melelang blok eksplorasi gas dan minyak yang disengketakan dua negara. Hubungan mereka membaik beberapa bulan kemudian.

Perselisihan diplomatik ini dimulai unjuk rasa anti-pemerintah yang pecah di Mogadishu. Demonstran mengecam Presiden Mohamed Abdullahi Mohamed yang dikenal 'Farmaajo' atau keju karena ia menunda pemilihan umum di dua majelis di Parlemen.  

Pemungutan suara harusnya digelar bulan ini tapi batal karena ketidaksepakatan atas komposisi dewan pemilihan umum. Oposisi menuduh pemerintah mengisi dewan pemilihan umum dengan simpatisan mereka, tuduhan yang dibantah pemerintah. "Kami tidak ingin diktator, kami tidak ingin Farmaajo," kata ratusan pengunjuk rasa yang meminta presiden itu mundur.

Banyak di antara mereka yang memegang poster bertuliskan 'Farmaajo itu kutukan'. Orang-orang bersenjata dengan baju preman menjaga pengunjuk rasa.

Namun segera terjadi baku tembak dengan polisi yang mengancam keselamatan pengunjuk rasa. Salah satu saksi mata yang bernama Halimah Sarah melihat dua orang terluka.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement