Ahad 10 Jan 2021 09:33 WIB

Kuba Lakukan Uji Klinis Tahap Akhir untuk Vaksin dari Iran

Iran dan Kuba berkolaborasi dalam pengembangan vaksin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi vaksin.
Foto: istimewa
Ilustrasi vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Kuba mengatakan telah menandatangani kesepakatan dengan Iran untuk mentransfer teknologi bagi kandidat vaksin virus corona. Negara ini pun akan melakukan uji klinis tahap terakhir dari suntikan di Teheran.

Institut Vaksin Finlay Kuba mengatakan pada Jumat (7/1) malam bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan dengan Institut Pasteur Iran untuk berkolaborasi dalam pengujian Soberana 2. “Sinergi ini akan memungkinkan kedua negara untuk maju lebih cepat dalam imunisasi terhadap virus SARS-CoV-2,” katanya di akun Twitter.

Baca Juga

Kedua sekutu tersebut berada di bawah sanksi keras Amerika Serikat (AS) yang masih membebaskan obat-obatan. Hanya saja, sanksi tersebut sering kali membuat perusahaan farmasi asing berhenti berdagang mereka sehingga membuat kedua negara berusaha untuk mandiri meski kekurangan uang.

Iran luncurkan uji coba pada manusia untuk kandidat vaksin Covid-19 domestik pertamanya akhir bulan lalu. Sementara Kuba memiliki empat kandidat yang saat ini dalam uji coba pada manusia.

Pejabat pemerintahan menyatakan, kandidat paling maju, Soberana (Sovereign) 2, telah menyelesaikan uji coba Tahap II yang dimulai pada 22 Desember. Calon vaksin itu akan diuji dalam uji coba Tahap III di sekitar 150.000 orang di Havana.

Tapi, pemerintah mengklaim, negara Karibia perlu melakukan uji coba lebih terlambat mengingat negara itu tidak memiliki tingkat infeksi yang tinggi karena pengelolaan wabahnya yang berhasil. Sementara itu, Iran telah menjadi negara yang paling terpukul di Timur Tengah.

Kuba mengatakan beberapa negara telah menyatakan minatnya pada vaksin virus corona, tetapi ini adalah kesepakatan pertama yang dicapai. Juru bicara Kementerian Kesehatan, Kianush Jahanpur, 50.000 sukarelawan akan direkrut untuk melakukan uji klinis Fase III. Transfer teknologi dan produksi bersama adalah prasyarat untuk memungkinkan pengujian manusia di negara itu.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan dia terkesan dengan pencapaian bioteknologi sekutu lamanya Kuba dalam perang melawan Covid-19 selama kunjungan ke Havana dalam tur Amerika Latin November lalu. Selain mengembangkan vaksinnya sendiri, Iran berpartisipasi dalam skema COVAX yang bertujuan untuk mengamankan akses yang adil ke vaksin Covid-19 untuk negara-negara miskin.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement