Selasa 07 Sep 2021 16:52 WIB

Perlawanan NUG Didukung Mahasiswa dan Etnis Bersenjata

Pejabat NUG menyerukan pemberontakan di sudut-sudut desa dan kota di seluruh negeri

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Demonstran memberikan hormat tiga jari selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 21 Mei 2021.
Foto: EPA/STRINGER
Demonstran memberikan hormat tiga jari selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 21 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Kubu oposisi National Unity Government (NUG) menyerukan pemberontakan nasional melawan pemerintah militer junta Myanmar, Selasa (7/9). Kondisi ini terjadi setelah sebelumnya militer junta Myanmar dan ASEAN menyepakati gencatan senjata.

Penjabat NUG, yang memandang kubunya sebagai pemerintahan bayangan, menyerukan pemberontakan di sudut-sudut desa dan kota di seluruh negeri. Dia juga menyatakan langka ini sebagai keadaan darurat.

Baca Juga

"Pemberontakan di setiap desa dan kota di seluruh negeri pada saat yang sama dan keadaan darurat," ujar penjabat NUG Duwa Lashi La dalam unggahan di laman Facebooknya, Selasa.

Duwa Lashi La memanggil milisi etnis untuk segera menyerang pasukan pemerintah dan mengendalikan sepenuhnya tanah air negeri. Beberapa milisi di antaranya telah menyatakan diri mereka bersekutu dengan perlawanan ini.

Angkatan bersenjata etnis, yang telah berjuang selama beberapa dekade untuk otonomi yang lebih besar dari pemerintah pusat Myanmar, beroperasi secara independen dari NUG. "Revolusi rakyat, tentara dan polisi mari bergabung dengan pasukan pertahanan rakyat," kata dia.

Dia juga mengingatkan pegawai negeri sipil untuk tidak pergi bekerja. Dia pun menyarankan orang-orang untuk memperhatikan keselamatan pribadi dan tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu serta menimbun makanan dan obat-obatan. Duwa meminta rakyat membantu pasukan pertahanan termasuk dengan informasi tentang pasukan militer pemerintah.

Gerakan perlawanan terhadap pengambilalihan militer memang telah membentuk kekuatan pertahanan rakyat di banyak daerah. Namun mereka kebanyakan beroperasi secara lokal dan ketika aktif melakukan operasi gerilya hit and run dalam skala kecil.

Dalam pernyataan terpisah, Perdana Menteri NUG Mahn Winn Khaing Thann mengatakan langkah perlawanan ini dipilih karena perubahan keadaan yang mengharuskan penghapusan total pemerintahan militer yang berkuasa. Namun, dia tidak menguraikan lebih jauh perkataan yang diunggah daring tersebut.

Hingga berita ini dimuat Associated Press, belum ada tanda-tanda peningkatan aktivitas perlawanan, meskipun beberapa kelompok mahasiswa dan organisasi etnis bersenjata menyatakan solidaritasnya. NUG memang terdepan di kalangan masyarakat Myanmar sejak junta mengambil alih kekuasaan Februari lalu. Namun kekuatan dan pengaruh yang sebenarnya masih sulit untuk diukur.

NUG kerap mengeluarkan proklamasi dan pernyataan kebijakan menentang militer junta Myanmar secara daring, tapi hanya memiliki sedikit efek di dunia nyata. NUG tak menguasai wilayah dan tidak secara langsung mengendalikan angkatan bersenjata apa pun apalagi memperoleh pengakuan diplomatik dari negara-negara asing. Anggota Kabinet bayangannya bersembunyi di dalam negeri Myanmar dan di pengasingan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement