Ahad 27 Feb 2022 18:40 WIB

Menlu-Menlu ASEAN Minta Rusia-Ukraina Tahan Diri

Menlu ASEAN yakin masih ada ruang dialog untuk mencegah situasi yang tak terkendali.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pria pertahanan sipil bersenjata berpose untuk foto saat berpatroli di jalan kosong karena jam malam di Kyiv, Ukraina, Ahad, 27 Februari 2022. Pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah memasuki kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pasukan Rusia juga meningkatkan tekanan pada pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Pria pertahanan sipil bersenjata berpose untuk foto saat berpatroli di jalan kosong karena jam malam di Kyiv, Ukraina, Ahad, 27 Februari 2022. Pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah memasuki kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pasukan Rusia juga meningkatkan tekanan pada pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mengeluarkan pernyataan mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Dalam pernyataan tersebut menteri-menteri luar negeri (Menlu) ASEAN menegaskan sangat prihatin dengan situasi dan pertempuran bersenjata di Ukraina.

"Kami mengajak semua pihak yang relevan menahan diri semaksimal mungkin dan berupaya untuk mengejar dialog melalui semua saluran, termasuk jalur diplomasi," kata para Menlu ASEAN dalam pernyataan bersama mereka, Ahad (27/2/2022).

Baca Juga

"Untuk menahan situasi, menurunkan eskalasi, dan meraih solusi damai sesuai dengan hukum internasional, prinsip-prinsip Piagam PBB dan Perjanjian Kerjasama dan Hubungan Baik di Asia Tenggara," tambah mereka.

Para menlu melanjutkan mereka yakin masih ada ruang dialog untuk mencegah situasi semakin tidak terkendali. "Demi perdamaian, keamanan, dan hidup berdampingan dengan harmonis menang, sudah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk menegakan prinsip-prinsip saling menghormati kedaulatan, integritas wilayah dan kesamaan hak bagi semua negara," kata para menlu.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) resmi mengumumkan operasi militer di Ukraina. Putin memperingatkan kepada negara lain untuk tidak ikut campur. Putin mengeklaim, operasi militer itu diperlukan untuk melindungi warga sipil di wilayah timur Ukraina.

Putin menuduh Amerika Serikat dan sekutunya mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dia mengeklaim, tujuan Rusia menggelar operasi militer bukan untuk menduduki Ukraina, tetapi demiliterisasi Ukraina.

Saat Putin berpidato di televisi, sebuah ledakan besar terdengar di Kiev, Kharkiv, dan daerah lain di Ukraina. Pada Kamis (24/2/2022) pagi waktu setempat, wilayah udara di seluruh Ukraina ditutup untuk lalu lintas udara bagi warga sipil.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menolak klaim Moskow negaranya merupakan ancaman bagi Rusia. Dia mengatakan, invasi Rusia akan menelan puluhan ribu nyawa. “Rakyat Ukraina dan pemerintah Ukraina menginginkan perdamaian,” kata Zelenskiy dalam pidato yang emosional dan berbicara dalam bahasa Rusia.

Namun, Zelenskiy mengajak semua rakyat Ukraina untuk siap membela negara mereka dari pasukan Rusia yang terus merangsek. Pemerintah akan menyediakan senjata bagi rakyat Ukraina yang menginginkan. Zelenskiy juga meminta masyarakat Rusia turun ke jalan menentang perang.

“Tetapi jika kami diserang, jika kami menghadapi upaya untuk mengambil negara kami, kebebasan kami, kehidupan kami dan kehidupan anak-anak kami, kami akan membela diri. Ketika Anda menyerang kami, Anda akan melihat wajah kami, bukan punggung kami,” kata Zelenskiy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement