Rabu 16 Mar 2022 18:35 WIB

'Pil Pahit' untuk Masyarakat: HET Dicabut, Minyak Goreng Kemasan Jadi Rp 24 Ribu per Liter

Pemerintah memutuskan melepas harga minyak goreng kemasan sesuai harga pasar.

 Konsumen membeli minyak goreng kemasan di Yogya Department Store, Jalan K HZ Mustofa, Kota Tasikmalaya, Rabu (16/3/2022). Di tempat itu, harga minyak goreng dijual dengan harga Rp 47.800 per kemasan isi dua liter.
Foto: Republika/Bayu Adji
Konsumen membeli minyak goreng kemasan di Yogya Department Store, Jalan K HZ Mustofa, Kota Tasikmalaya, Rabu (16/3/2022). Di tempat itu, harga minyak goreng dijual dengan harga Rp 47.800 per kemasan isi dua liter.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Deddy Darmawan Nasution, Eva Rianti, Febrianto Adi Saputro

Di tengah kelangkaan minyak goreng di pasaran, pemerintah akhirnya memutuskan hanya mengatur harga minyak goreng curah sebesar Rp 14 ribu per liter dengan bantuan subsidi seusai diumumkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Selasa (15/3/2022) kemarin. Sementara, harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium dilepas sesuai harga pasar yang sedang tinggi.

Baca Juga

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) pun memastikan pasokan minyak goreng kemasan akan kembali membanjiri pasar konsumen. Alasannya, harga ecer tertinggi (HET) minyak goreng kemasan yang tak lagi berlaku.

"Segera industri (minyak goreng) akan membanjiri pasar dengan minyak goreng premium dan sederhana karena itu sudah dilepas sesuai mekanisme pasar," kata Sahat kepada Republika, Rabu (16/3/2022).

Dengan kebijakan terbaru pemerintah, harga minyak goreng kemasan di level konsumen tentunya akan mengalami kenaikan sesuai tingkat harga minyak sawit (CPO) internasional. Menurut Sahat, dengan harga CPO KBPN Dumai saat ini sebesar Rp 15.864 per kilogram (kg), harga minyak goreng kemasan sederhana di level konsumen bisa mencapai Rp 23 ribu per liter.

"Untuk kemasan premium, kami perhitungkan itu maksimum Rp 24.800 per liter jika dengan patokan harga CPO saat ini," kata Sahat.

Meskipun demikian, Sahat menjelaskan, pangsa pasar minyak goreng di Indonesia bukan didominasi oleh jenis kemasan melainkan curah. Saat ini, tercatat minyak goreng kemasan hanya memiliki pangsa sekitar 35 persen dari rerata kebutuhan bulanan sekitar 330 ribu ton per bulan. Adapun minyak curah memiliki pangsa hingga 65 persen.

Untuk minyak goreng curah, harganya diatur sebesar Rp 14 ribu per liter. Harga tersebut dinilai masih terjangkau oleh masyarakat meski naik dari sebelumnya Rp 11.500 per liter.

"Bedanya harga ini bisa sampai Rp 7.500 per liter antara HET Rp 14 ribu per liter dengan real price (harga keekonomian) sekarang Rp 21.340 per liter," ujar dia.

Berdasarkan pantauan Republika, harga minyak goreng kemasan di toko-toko ritel telah dipatok sesuai harga keekonomian pada hari ini, Contohnya di di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) minyak goreng kemasan dipatok dengan harga Rp 47.300 per dua liter.

Warga mengaku sangat keberatan dengan 'ledakan' harga komoditas tersebut. Namun, mengakui dilema mengingat kondisi kelangkaan minyak goreng saat diberlakukan subsidi. 

Baca juga : Harga Minyak Goreng Kemasan tak Lagi Diatur Pemerintah, GIMNI: Pasokan akan Banjir

"Normal per hari ini Rp 47.300 kemasan dua liter," ujar salah satu pegawai toko ritel di Kota Tangsel, Budi, saat ditemui, Rabu. 

Namun, stok minyak goreng per hari ini terpantau kosong. Budi menyebut pasokan akan datang kemungkinan pada malam hari.

Menanggapi harga minyak goreng terbaru, salah satu warga Tangsel, Eni (48 tahun) mengatakan, harga tersebut mencekik masyarakat. Kondisi itu memberatkan warga karena saat ini banyak bahan pokok yang memang rata-rata naik, terlebih masih kondisi pandemi Covid-19. 

"Beratlah pasti dengan harga segitu. Harus benar-benar putar otak untuk menghemat pengeluaran sehari-hari. Tapi bingung juga kalau langka terus selama ada subsidi," kata Eni. 

Hal senada dirasakan oleh Devi (25). Dia mengatakan, bimbang dengan kondisi ketersediaan dan harga minyak goreng kemasan saat ini. Ketika ditanya memilih antara barang susah didapat tapi harga murah atau barang banyak tapi harga mahal, dia menolak kedua opsi. 

"Enggak dua-duanya. Maunya barang murah tapi ada (stoknya). Jangan sampai kayak gini kan kasihan, sudah pandemi begini, warga jadi makin kesulitan," kata dia. 

Baca juga : DPR Apresiasi Langkah Presiden dan Kapolri Ambil Alih Persoalan Kelangkaan Minyak Goreng

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement