Jumat 11 Nov 2022 15:53 WIB

Konsep Kawruh Jiwa Hadapi Quarter Life Crisis

Konsep ini sangat mungkin untuk menganalisis fenomena quarter life crisis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Konsep Kawruh Jiwa Hadapi Quarter Life Crisis (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
Konsep Kawruh Jiwa Hadapi Quarter Life Crisis (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tim PKM RSH Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian terkait quarter life crisis dan dialami mahasiswa yang berada di DI Yogyakarta. Analisis yang mereka lakukan didasarkan ke perspektif pemikiran Ki Ageng Suryomentaram.

Terdiri dari Farahdita Salma Zharifa, Esa Geniusa Religiswa Magistravia, Rizky Amelia Febrianti (Filsafat), Riskhi Pratama Kusuma Arum Jati (Psikologi). Farah mengatakan, kawruh jiwa dipakai karena memiliki latar belakang budaya Indonesia.

Baca Juga

Ia merasa, konsep ini sangat mungkin untuk menganalisis fenomena quarter life crisis. Penelitian dilakukan selama empat bulan dengan responden mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk melihat konsep itu sebagai alternatif solusi.

Terdapat 14 dari 17 partisipan mahasiswa yang mengalami quarter life crisis dengan rentan usia partisipan 20-23 tahun yang umumnya tingkat akhir. Dari sana, mereka menyimpulkan konsep itu potensial untuk mengatasi quarter life crisis.

Tim mengungkapkan, ada kekhawatiran yang dialami mahasiswa mengenai kelanjutan karir, pendidikan, percintaan dan finansial. Farah menekankan, kemunculan dari kekhawatiran tersebut disebabkan karena adanya tuntutan diri maupun lingkungan.

"Kekhawatiran yang dialami menimbulkan perilaku diri berupa perbandingan diri, insecurities, keragu-raguan dan ketidakpuasan kondisi. Adanya kondisi tersebut menimbulkan dampak emosional, fisiologis maupun fungsi diri," kata Farahdita, Jumat (11/11).

Farah menekankan, pemikiran Ki Ageng Suryomentaram kawruh jiwa merupakan teori mengenai rasa. Teori ini memuat konsep karep atau keinginan bersifat mulur atau berkembang dan mungkret atau menciut. Keinginan ini bersumber dari diri sendiri.

Bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kekhawatiran kepada diri yang menyebabkan rasa susah. Rasa susah tidak bersifat abadi karena ada rasa bungah atau senang. Karenanya, yang dapat dilakukan yaitu mengelola dan memahami rasa.

"Keinginan yang terdapat pada diri agar tidak terjebak kepada rasa penyesalan, penderitaan dan kekhawatiran yang berujung menyebabkan kondisi krisis," ujar Farahdita.

Tim berkesimpulan, konsep kawruh jiwa ini dapat dijadikan sebagai regulasi diri bagi mahasiswa hadapi quarter life crisis lewat mengenal dan memahami kesadaran diri dan mawas diri. Memilah rasa yang ada untuk membentuk identitas pribadi.

Beberapa langkah konkrit yang dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi dan intropeksi diri. Sehingga, dapat memilih yang perlu dilakukan agar mencapai wellbeing, keinginan dan memiliki sikap positif dari proses mengenal diri.

"Membentuk pandangan hidup yang lekat dengan nilai spiritual seperti beribadah serta memaknai kegagalan secara positif," kata Farahdita. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement