6. Mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menyembelih hewan dam
Menyembelih hewan dam merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT meskipun tidak wajib bagi dirinya. Diusahakan hewan yang dikurbankan ini gemuk dan mulus.
Jamaah haji dianjurkan memakan sebagian dagingnya jika kurban itu sunnah, namun jangan memakannya apabila kurbannya wajib. Allah SWT telah berfirman, “Demikianlah perintah Allah. Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati,” (QS Al-Hajj: 32).
Yang diniatkan dalam kurban ini adalah membersihkan sifat-sifat kehewanan yang ada dalam diri, menjauhkan sifat kikir, meraih kesucian jiwa, serta memperindahnya dengan sifat-sifat terpuji. Perlu diingat, yang sampai pada Allah dalam berkurban bukan dagingnya, melainkan ketakwaannya.
Dalam QS Al-Hajj ayat 37 disampaikan, "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu."
7. Senantiasa berbaik sangka pada Allah SWT
Atas segala upaya yang telah dilakukan dan diinfakkan, diharapkan untuk selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Hal ini juga berlaku atas kepayahan, kerugian, bahkan mungkin musibah yang telah menimpa, baik yang menimpa harta maupun badan.
Jamaah haji diminta untuk mengingat bahwa musibah adalah salah satu tanda diterima ibadah haji. Musibah saat haji sama dengan nafkah yang dikeluarkan di jalan Allah. Satu dirham sebanding dengan tujuh ratus dirham karena beratnya ujian di jalan jihad.
Karena itu, seseorang yang berhaji berhak atas pahala dari kepayahan dan kerugian yang dialaminya. Pahalanya tidak akan hilang sedikit pun di sisi Allah SWT.
Ada pula yang menambahkan, di antara tanda diterimanya ibadah haji adalah ditinggalkannya kemaksiatan yang dahulu biasa diperbuatnya. Saudara-saudaranya yang tidak baik diganti dengan saudara-saudara yang saleh. Tempat-tempat kelalaiannya diganti dengan majelis dzikir dan kesadaran.