Tamu Istimewa
Selama menjadi asisten Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim, dirinya seringkali bertemu dan melayani para ulama besar tidak hanya Imam Masjid Nabawi tapi juga Imam Masjidil Haram.
"Kadang yang bikin saya nangis terharu juga kalau pas Syekh Haromain ini ijtima di Masjid Nabawi. Dari Masjidilharam datang ke sini ijtima yang menyuguhi beliau-beliau yang mulia itu saya. Nah saat beliau-beliau lagi ijtima musyawarah saya di belakang beliau menunggu panggilan," ucapnya
Selain kerap bertemu para ulama, dirinya juga beberapa kali mengalami kejadian yang sulit diterima oleh nalar.
"Pernah ada yang bertamu ke Syekh dengan berpakaian lusuh. Tadinya sempat dilarang oleh protokol tapi dipersilakan masuk oleh syekh. Sampai ke dalam enggak berbicara cuma diam," ujarnya.
Saat itu, dirinya sempat menyuguhkan makan dan minum. Namun sajian yang dihidangkan tidak disentuh. "Pakaiannya lusuh, enggak putih, bersih tapi baunya harum, wangi sekali. Syekh enggak bilang apakah dia malaikat atau golongan manusia enggak tahu. Cuma dikatakan kekasih Allah," ucapnya
Terpilih
Sebagai orang Indonesia yang terpilih menjadi pelayan atau asisten salah satu Imam Masjid Nabawi yang berada di Kota Suci Madinah, Hasan telah mengabdi sejak 2004 . Tidak terbayang olehnya, menjadi asisten Imam Masjid Nabawi. Saat itu, dirinya baru saja menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren di Padeglang, Banten.
"Awalnya karena ekonomi. Saat itu, baru punya anak satu, saya memutuskan untuk ikut beasiswa gratis di Universitas Islam Madinah (UIM). Dengan izin Allah saya bisa lulus," ujarnya.
Hasan kemudian melamar kerja di Arab Saudi lewat Kafil (sponsor) bin Laden Group untuk ditempatkan di Masjid Nabawi. Bersama 47 peserta lainnya dari berbagai negara di dunia, Hasan menjalani seleksi dan wawancara.
"Saat itu, syekh membutuhkan tenaga asisten. Saya ikut interview qodarulloh diterima. Alhamdulillah kalau menghendaki. Salah satu penunjang untuk bisa lolos adalah hapal 30 juz Al Qur'an meski tidak harus. Terpenting itu kesopanan dan akhlak. Sementara kita orang timur kesopanan tidak dibuat-buat, kesopanan sudah tradisi," ucapnya. n Agung Sasongko