Senin 26 Jun 2023 16:00 WIB

Memaknai Lafadz Allah di atas Clock Royal Tower Makkah

Dari atas Clock Royal Tower, Ka'bah terlihat jelas di tengah Masjidil Haram.

Red: Muhammad Hafil
Makkah Clock Royal Tower
Foto:

Namun, setelah saya amati Clock Royal Tower lebih lama lagi. Saya mulai merenungkan lafadz Allah di atas jam besar yang menurut saya sebagai simbol duniawi.

Pikiran saya langsung berkata, "Lafadz Allah posisinya berada di atas jam besar, artinya Allah harus di atas segalanya, Allah harus menjadi tujuan utama. Allah tidak boleh terlupakan karena urusan duniawi, Allah harus selalu dilibatkan dalam setiap urusan duniawi."

Teringat saat tawaf di dekat Kabah, mata saya beberapa kali tertarik oleh Clock Royal Tower yang mencuri perhatian karena ukuran bangunannya yang tinggi dan besar.

Seharusnya waktu itu fokus memandang Ka'bah sambil berzikir dan berdoa kepada Allah memohon ampunan dari segala dosa.

Maksud memandang Kabah di sini, seharusnya hati saya fokus kepada Allah Subhanahu wa ta'ala saat tawaf, sambil berzikir dan berdoa memohon ampunan dari segala dosa.

Namun begitulah kehidupan di dunia, sering kali urusan duniawi mencuri perhatian. Sehingga waktu, pikiran dan tenaga tercurahkan untuk urusan duniawi. Sementara, saat ibadah kepada Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang, seringkali tidak fokus dan tergesa-gesa.

Sering kali tergesa-gesa saat sholat, telat membayar zakat penghasilan, puasa sekedar menahan haus dan lapar, lambat dalam bersedekah, banyak perhitungan sebelum berwakaf, dan banyak pertimbangan sebelum membantu orang lain.

Sering kali karena urusan dunia, seseorang lupa bersikap santun, lembut dan sabar. Karena urusan dunia, seringkali seseorang berbohong, marah, dendam, iri, dengki, angkuh, sombong, dan egois.

Allah SWT lewat Rasul-Nya telah mengingatkan bahwa amal perbuatan di dunia dikerjakan untuk keselamatan di akhirat. Jangan sesekali mengejar dunia hanya untuk mendapat kesenangan duniawi semata, tapi melupakan akhirat.

مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلْءَاخِرَةِ نَزِدْ لَهُۥ فِى حَرْثِهِۦ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (Quran Surat Asy-Syura Ayat 20)

Ayat tersebut dapat diartikan seperti ini; Orang yang menghendaki keuntungan di akhirat melalui amal-amal yang dilakukannya di dunia ini dengan niat yang ikhlas, akan Allah tambahkan keuntungan untuk orang tersebut dengan melipatgandakan keuntungannya.

Seseorang yang menghendaki keuntungan di dunia melalui usaha dan kegiatan yang semata-semata hanya ingin mendapatkan keuntungan dunia, maka Allah akan berikan kepadanya sebagian dari hasil usahanya berupa keuntungan dunia sesuai dengan kehendak Allah. Tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat kelak.

Sambil menatap lafadz Allah di atas jam besar di puncak Clock Royal Tower, saya berkata dalam hati. Posisi Allah harus selalu ada di atas kepentingan duniawi atau di atas segalanya.

Memposisikan Allah di atas segalanya, artinya harus selalu ingat dan berusaha mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Jika disederhanakan, seseorang harus selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan Allah, dan selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan alam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement