IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum penemuan pesawat dan kapal, serta hilangnya sebagian besar kesulitan naik haji, persiapan perjalanan haji orang Maroko yang secara geografis ada di bagian barat Afrika utara.
Calon jamaah haji Maroko di waktu dahulu biasa mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga mereka. Beberapa orang yang akan melakukan perjalanan haji itu bahkan menuliskan wasiat, karena khawatir tidak akan kembali alias meninggal dunia.
Selama perjalanan, mereka biasa menutup tubuh dan tidur di tanah. Tidak ada penginapan, sepinya jalan, dan minimnya perbekalan. Semua faktor ini meningkatkan keinginan orang Maroko untuk menjalani petualangan berhaji. Ini sekaligus menjadi kesempatan bagi banyak peziarah Maroko untuk menulis dan mencatat perjalanan mereka.
Juga untuk mendapatkan pengetahuan saat melintasi tempat-tempat perberhentian yang diambil para peziarah. Banyak cendekiawan dan sejarawan yang perjalanan hajinya telah diabadikan dalam sejarah.
Pada Abad Pertengahan, perjalanan haji orang Maroko ke tempat-tempat suci berlangsung rata-rata 8 bulan. Mereka menempuh jarak sekitar 5 ribu kilometer dengan berjalan kaki dalam iring-iringan unta dan hewan.
Tantangan pertama bagi mereka ialah menyiapkan bekal yang memungkinkan jamaah mencapai tujuannya. Perbekalan yang dibawa bukan untuk sehari dua hari, tetapi beberapa bulan. Perjalanan melintasi lembah dan pegunungan. Senjata juga dibeli sebagai pegangan dan persiapan jika terjadi malapetaka selama perjalanan. Sungguh tak terbayang.
Orang Maroko memulai perjalanan haji mereka dari kota Safi di perbatasan Atlantik. Lalu membagi perjalanan panjang mereka menjadi beberapa tahap untuk beristirahat, memasok perbekalan, dan untuk bergabung dengan jamaah haji dari wilayah lain.
Adapun barang yang paling utama dianjurkan kepada jamaah untuk bekal dalam perjalanan haji orang Maroko adalah kulit merah, cengkeh, tusuk gigi dan kunyit. Mereka pun membawa pakaian yang sesuai untuk semua musim, karena perjalanan ziarah ini dimulai pada musim panas dan berakhir pada musim dingin.
Kasur, bantal, lilin untuk penerangan, tali, dan beberapa peralatan yang mungkin dibutuhkan hingga tiba di Kairo Mesir, juga termasuk barang yang biasa mereka bawa. Setibanya di Kairo, orang Maroko bergabung dengan rombongan perjalanan haji Mesir.
Setidaknya ada tiga rombongan haji yang berangkat dari Maroko. Pertama adalah kelompok Sijilmassi yang berangkat dari kota Sijilmasa. Kedua, kelompok Fassi yang berangkat dari kota Fez. Dan ketiga, yaitu kelompok Marrakech yang berangkat dari kota Marrakech.
Adapun rombongan dari Chinguetti melakukan perjalanan haji dengan melintasi terlebih dulu Aljazair, tempat di mana rombongan haji Maroko dan Mauritania bertemu dengan rombongan haji Aljazair. Di Aljazair itulah, rombongan haji Libya dan Tunisia menunggu kedatangan rombongan haji Maroko untuk bergabung.