IHRAM.CO.ID, Oleh Agung Sasongko dari Makkah, Arab Saudi
Seiring selesainya pelaksanaan jumroh aqobah, kepadatan jamaah menuju jamarat berangsur melandai. Kondisi tersebut tentu bukan berarti melepas kewaspadaan. Jamaah justru harusnya lebih siap karena sudah memiliki gambaran dan pengalaman sebelumnya.
Salah satu wujud kewaspadaan yang perlu dilakukan adalah tetap bersama rombongan atau minimal sudah paham lokasi maktab agar tidak tersasar. Bicara soal tersasarnya jamaah ini, ada satu hal yang memang jadi perhatian penting Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), yakni terowongan Turki.
Bagi Satuan Operasional Armina ini, terowongan menuju arah keluar jamarat ini bukanlah menyeramkan atau kesannya angker. Tapi lebih kepada, andai ada jamaah Indonesia yang tersasar ke sana, proses evakuasinya bakalan rumit. Mengapa rumit karena harus memutar jauh menuju maktab tempat jamaah haji asal Turki dan negara lain seperti Cina, Eropa dan lainnya ada di sana.
"Tapi karena kita lebih banyak jamaah Turki, ya untuk mempermudah kita sebut saja terowongan Turki," ungkap Kepala Bidang Perlindungan Jemaah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Harun Ar Rasyid, Kamis (29/6/2023).
Menurut dia, terowongan ini secara karakteristik sama dengan yang ada di Mina. Mempermudah jamaah untuk menuju jamarat maupun maktab.Namun, di sinilah terlihat kemudahan tersebut menjadi sulit apabila jamaah haji salah masuk jalur terowongan.
"Makanya kami tempatkan petugas di sana. Kami sebut penjaga gawang," kata dia.
Disebutkan Harun, jamaah haji apalagi saat kepadatan terjadi sangat mungkin terjadi disorientasi arah karena memang disangka jamaah ada terowongan itu menuju maktabnya. Padahal terowongan itu memang benar menuju maktab namun maktab negara-negara Eropa, Turki, Cina dan lainnya.
"Kalau jamaah masuk, tidak mudah kembali,arah kembali di jaga polisi jadi tak bisa asal putar balik. Jadinya rutenya bakal lebih jauh. Pentingnya perlu menjaga jamaah agar tidak diorientasi," kata dia.