“Dalam konteks ini, kami ingin menekankan kepada manfaat-manfaat dalam penyelenggaraan ibadah haji sendiri. Manfaat ini berupa spiritualitas dan persaudaraan sesama jamaah haji, serta manfaat lainnya berupa profit (ekonomi) dan juga sosial-kemanusiaan. Ini juga mengindikasikan bahwa pelaksanaan haji adalah ibadah multidimensi,” ucap Hilman.
Tidak hanya itu, pada kesempatan tersebut pria lulusan Universitas Utrecht Belanda ini menyebutkan bahwa jamaah haji di Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Keberagaman ini menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan bimbingan manasik kepada calon jamaah di Tanah Air.
Perbedaan ini juga disebut menjadi pertimbangan dalam mengeluarkan buku untuk manasik. Pihak pemerintah disebut harus menyesuaikan dengan tingkat literasi masing-masing kelompok jamaah, yang mana ada yang dibikin tebal dan ada juga yang tipis. Panduan manasik yang dikeluarkan, lanjutnya, juga mempertimbangkan kelompok orang tua atau jamaah haji lanjut usia (lansia).
Hilman menyebut, hal ini lantas berdampak pada fikih haji ke depannya, bagaimana penerapannya. Perihal inilah disebut sedang didiskusikan oleh Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri, salah satunya tentang bagaimana pelaksanaan mabit di Muzdalifah, bagaimana penggunaan toilet di Armuzna, dan lain-lain.
“Ada banyak aspek yang sedang kami dalami, dalam hal ini kami sebut moderasi manasik haji. Artinya, bagaimana mabrur ini dapat diraih oleh jamaah haji dengan memberikan kemudahan-kemudahan, terutama kepada lansia,” lanjut dia.
Forum yang diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring) ini merupakan salah satu rangkaian dari Sempena Muzakarah Haji Peringkat Kebangsaan Kali ke-40 Musim Haji 1445H oleh Lembaga Tabung Haji (TH) Malaysia. Kegiatan ini terselenggara dengan kerja sama antara TH Malaysia dan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (LTH-JAKIM).
Hadir sebagai panelis bersama Dirjen PHU adalah Mufti Wilayah Persekutuan Datuk Hj. Luqman Abdullah, serta Penasehat Dewan Pusat Islam Thailand Muhammad Amin Chenu. “Dengan forum ini, kami harap dapat saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman terkait isu-isu haji dengan rekan-rekan dari negara serumpun, yakni Indonesia dan Thailand,” ucap Datuk Hj. Luqman Abdullah.