Sampai akhirnya Nabi Ibrahim tiba di persimpangan jalan dan tidak lagi mendapati istri dan anaknya, ia menghadapkan wajahnya ke arah Baitullah dan berdoa sebagaimana termaktub dalam Alquran Surat Ibrahim ayat 37, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."
Siti Hajar pun menyusui Nabi Ismail dan meminum air bawaan Nabi Ibrahim tetapi ketika air di dalam kantung habis, ia dan anaknya pun kehausan. Siti Hajar segera pergi mencari air. Dari bukit Shafa ia pergi berlari-lari kecil ke bukit Marwah dan tidak ada seorangpun di sana. Begitu seterusnya hingga sebanyak tujuh kali.
Dari sinilah asal muasal ibadah sai. Kemudian Nabi Ismail menghentak-hentakkan kaki ke tanah, lalu keluarlah air ke permukaan yang air tersebut tak pernah kering sampai sekarang. Itulah air zamzam.
Lantas bolehkah umat Muslim menjadikan air zamzam sebagai wasilah untuk menyembuhkan penyakit?
Imam Zarkasyi dalam kitab berjudul Fiqih: Zakat, Haji, dan Puasa menjelaskan air zamzam memang memiliki nilai sejarah yang besar bagi umat Muslim. Tak hanya itu, bagi jamaah haji maupun umroh, usai menunaikan thawaf disunahkan meminum air zamzam.
Doa minum air zamzam...