Menurut Syarief, senam haji ini bisa dilakukan sejak jamaah berada di tanah air, saat berada di dalam pesawat, sampai ke tanah suci. Sehingga, jamah bisa menghindari komplikasi yang diakibatkan duduk terlalu lama, seperti kekakuan otot maupun penyumbatan pembuluh darah.
"Untuk senam haji Indonesia yang dilakukan di outdoor ataupun dilakukan di hotel ataupun di lapangan, itu sifatnya lebih kepada fleksibilitas otot dan ketahanannya. Hal ini membuat suatu adaptasi sirkulasi dan tidak akan terjadi kelemahan pembuluh darah, kekakuan sendi-sendinya, maupun berkurangnya kemampuan ketahanan," kata Syarief.
Dia berharap jamaah haji bisa melakukan senam haji ini secara mandiri dengan frekuensi tiga kali seminggu, dengan intensitas yang semakin lama semakin tinggi. Dengan demikian, akan mencapai suatu tingkat kemampuan endurance yang maksimal.
"Jadi pemerintah dalam hal ini dengan Perdokhi dan Perdosri menstimulasi upaya memelihara dan mempertahankan serta meningkatkan istithaah kesehatan yang memang jelas-jelas jamaah haji sudah dinyatakan istithaah dan sudah lulus," kata jebolan Universitas Indonesia ini.
Dia pun mengimbau jamaah haji tahun ini untuk melakukan olahraga ini sejak akan berangkat ke tanah suci sampai kepulangan ke Indonesia lagi. Karena, menurut dia, dalam proses pelaksanaan ibadah haji ini fisik jamaah akan terkuras.
"Jadi tidak kaget lagi adaptasi tubuhnya kepada aktivitas yang rutin dilakukan selama berjalan kaki berkilo-kilometer di sana, baik selama di Makkah, di Madinah maupun pada saat di pesawat selama perjalanan keberangkatan 10 jam maupun kepulangan. Sehingga berangkat sehat, pulang kembali sehat," ucap Syarief.