Di mata Hafidah Jufri, perawat yang memeriksa kesehatan dan pendamping haji, Sajeriah memiliki semangat yang luar biasa. Kondisi kesehatannya sangat baik, karena hasil tes kesehatan, baik darah, urine, dan lain-lain, masih di bawah ambang batas.
Hasyim Usman, Ketua Kloter 3 UPG juga mengaku salut akan semangat Sajeriah yang berkeyakinan besar untuk berangkat ke Tanah Suci Mekkah, meski memiliki keterbatasan.
Awalnya, pendampingan dia tidak masuk, karena yang diusulkan untuk mendampingi adalah keponakannya yang serumah, tetapi tidak bisa.
Begitu Sajeriah dinyatakan berangkat, Hasyim pun memberikan semangat. Salah satunya, membagi anggota rombongan dengan komposisi beragam, mulai dari tua muda, dan lansia. Juga dibagi ada anggota yang sehat dan yang memiliki masalah kesehatan.
Meski tak bisa melihat secara langsung kemegahan dan sucinya Madinah dan Makkah, Sajeriah mengindera kedua kota penting umat Muslim itu dengan mata hatinya.
Sajeriah meresapi setiap derap kaki yang menginjak Madinah dan Mekkah, mengirup aroma yang menuntaskan rindu, dan mengamini segala rapalan doa-doa yang dilangitkan.
Lansia dan disabilitas
Direktur Bina Haji pada Ditjen Penyelenggaran Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama Arsad Hidayat mengajak jamaah calon haji 1445 H/2024 M untuk memiliki kepedulian sosial, khususnya kepada jamaah lanjut usia (lansia) dan yang berstatus disabilitas.
Tahun ini, Pemerintah Republik Indonesia memberangkatkan 241.000 calon haji. Dari jumlah itu, sekitar 45.000 merupakan orang lansia. Maka dari itu, Kementerian Agama masih mengusung tema Haji Ramah Lansia untuk pemberangkatan haji Tahun 2024 ini.
Salah satu kunci kemabruran haji itu adalah peduli kepada sesama. Mabrur juga berarti adalah mereka yang memiliki kepedulian sosial.
Kemabruran haji bukan hanya....