IHRAM.CO.ID, GAZA -- Kepala Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Catherine Russell, mengatakan anak-anak telah dibunuh, cacat, diculik, dan ditolak bantuan di Gaza. Dalam kunjungannya ke Gaza, Russell mengatakan pihak-pihak yang berkonflik harus menghentikan kengerian ini.
Operasi kemanusiaan di Gaza terhenti pada Rabu (15/11/2023) karena kekurangan bahan bakar. Komentarnya datang di tengah laporan tentang serangan Pasukan Pertahanan Israel yang sedang berlangsung di dalam rumah sakit Al-Shifa Kota Gaza.
Di RS Al Shifa, pasien termasuk bayi prematur meninggal selama beberapa hari terakhir setelah inkubator dan peralatan penyelamat lainnya kehilangan daya. "Rumah sakit bukanlah medan pertempuran," tulis Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths di platform sosial X, dilansir dari Saudi Gazette, Kamis (16/11/2023).
Griffiths bersikeras bahwa perlindungan bayi baru lahir, pasien, staf medis, dan semua warga sipil harus mengesampingkan semua kekhawatiran lainnya. Russell mengutuk pelanggaran berat terhadap anak-anak yang dilakukan oleh pihak-pihak dalam konflik. Dia mengatakan berada di Gaza untuk melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk mengadvokasi perlindungan anak-anak.
"Di Gaza, tidak ada tempat yang aman bagi satu juta anak Gaza untuk berlindung. Banyak anak diyakini terkubur di bawah puing-puing bangunan yang runtuh, ini akibat dari penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk," katanya.
Lebih dari 4.600 anak dilaporkan telah terbunuh dan hampir 9.000 terluka. Dia menggambarkan, mendengar cerita mengerikan dari staf agensinya di lapangan dan menekankan risiko tinggi bagi aktor kemanusiaan yang beroperasi di dalam Gaza. Sejak 7 Oktober, 102 anggota staf badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) telah terbunuh di kantong itu.
Russell mengulangi seruan untuk gencatan senjata kemanusiaan segera, pembebasan semua anak yang diculik dan ditahan, dan untuk akses yang aman, berkelanjutan, dan tanpa hambatan untuk kemanusiaan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Griffiths mengatakan dari perspektif kemanusiaan...