Griffiths mengatakan kepada UN News bahwa dari perspektif kemanusiaan dan di luar pertimbangan militer apa pun, fokus mereka adalah melindungi orang-orang Gaza. Dia menekankan warga Gaza berada dalam situasi mengerikan di mana mereka tidak dapat melarikan diri dan diminta untuk bergerak dalam kondisi bahaya.
Lebih dari 1,5 juta orang di Gaza diperkirakan mengungsi secara internal, termasuk sekitar 787 ribu yang tinggal di sekitar 154 tempat penampungan UNRWA, di mana kepadatan besar-besaran menyebabkan penyebaran penyakit.
Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB OCHA yang dipimpin oleh Griffiths melaporkan pada Rabu, bahwa orang-orang telantar tinggal di tenda darurat di luar tempat penampungan di Gaza selatan karena kurangnya ruang. Sekarang mereka menderita akibat hujan lebat dan banjir.
Mengenai kekurangan bahan bakar, yang belum diizinkan masuk ke Gaza sejak awal krisis, Griffiths mengatakan membutuhkan setidaknya beberapa ratus ribu liter bahan bakar. UNRWA mengatakan pada Selasa malam bahwa truk-truknya di dalam Gaza tidak dapat mengambil bantuan yang masuk melalui penyeberangan perbatasan Rafah dari Mesir hari itu karena mereka tidak memiliki bahan bakar.
Menurut laporan media pada Selasa malam, Israel memberikan persetujuan untuk 24 ribu liter bahan bakar diesel untuk digunakan, hanya oleh truk untuk operasi PBB tetapi tidak jelas kapan dan bagaimana bahan bakar akan dikirim.
Griffiths menjelaskan gencatan senjata juga diperlukan untuk membiarkan sektor swasta beroperasi dan memungkinkan toko-toko yang habis untuk mengisi kembali. "Itu sama pentingnya dengan operasi kami," katanya.
"Kami ada di sana, duduk di depan orang-orang itu, di perbatasan Gaza, di Rafah, siap untuk pergi dan mencoba menjangkau orang-orang di mana mereka berada. Ini adalah cara operasi standar dalam krisis seperti ini," ujar Griffiths bersikeras dalam permohonannya untuk akses.